Perlu adanya intervensi pemerintah untuk meningkatkan pasokan bahan baku susu segar dari dalam negeri...
Bandung (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mulai melakukan intervensi untuk meningkatkan suplai bahan baku untuk Industri Pengolahan Susu (IPS) yang semakin meningkat, terlebih investasi IPS terus tumbuh di tengah pandemi COVID-19.

"Perlu adanya intervensi pemerintah untuk meningkatkan pasokan bahan baku susu segar dari dalam negeri, mengingat pertumbuhan kebutuhan bahan baku susu meningkat lebih besar yakni empat persen per tahun, dibandingkan pertumbuhan produksi susu segar di dalam negeri atau 2,6 persen per tahun," kata Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin Edy Sutopo di Bandung, Kamis.

Edy memaparkan pada 2020 kebutuhan bahan baku susu IPS tercatat kurang lebih 3,85 juta ton (setara susu segar), dengan pasokan bahan baku susu dalam negeri 0,85 juta ton atau 22 persen, dan sisanya sebesar 3 juta ton atau 78 persen masih diimpor dari berbagai negara dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, butter milk, dan whey.

Kebutuhan bahan baku IPS selama enam tahun terakhir rata-rata tumbuh 4 persen, sedangkan produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) dalam kurun waktu yang sama hanya tumbuh 2,6 persen.

Baca juga: Kemenperin apresiasi IPS jalin mitra dengan koperasi peternak

Intervensi pemerintah dilakukan untuk meningkatkan suplai bahan baku SSDN adalah dengan meningkatkan kemitraan IPS dengan koperasi/peternak, mendorong tumbuhnya mega farm dan dairy village, penyediaan bantuan sarana dan prasarana seperti lahan dan penyediaan insentif fiskal.

Kebijakan peningkatan rasio SSDN merupakan komitmen Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada saat peresmian IPS dengan prinsip sektor hilir meningkat maka sektor hulu juga harus ikut meningkat.

Kapasitas produksi IPS paling besar saat ini adalah industri susu cair dan krim sebesar 37,6 persen, diikuti susu kental manis (termasuk krimer kental manis, susu evaporasi) sebesar 25,9 persen, dan susu bubuk (termasuk susu formula dan susu pertumbuhan) sebesar 15,6 persen.

Sementara itu kapasitas produksi untuk produk turunan susu lain seperti keju dan mentega masih sangat kecil dan sangat potensial untuk dikembangkan ke depannya

"Terjadi pergeseran demand masyarakat dari susu bubuk dan susu kental manis ke susu cair (UHT dan pasteurisasi)," ujar Edy.

Menurut Edy, peningkatan kapasitas produksi susu cair tentunya menyebabkan peningkatan kebutuhan akan bahan baku SSDN, sehingga kemitraan IPS dengan koperasi dan atau peternak menjadi sebuah keniscayaan.

Baca juga: Pacu industri pengolahan susu, Kemenperin usulkan insentif BMDTP

Baca juga: Kemenperin pacu produktivitas industri olahan susu

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021