Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo mengatakan pandemi mengubah perilaku konsumen dan pasar sehingga SDM pemasaran harus kreatif dan inovatif.

"Marketing dituntut untuk menyikapi situasi tersebut dengan beradaptasi dan berinovasi," kata Bambang dalam The 85th Jakarta CMO Club Gathering dikutip dari siaran resmi, Jumat.

Era disrupsi dan inovasi yang telah mengaburkan batasan global di satu sisi mempermudah menghadapi krisis, ujar dia. Dengan dibukanya sekat tersebut kompetitor bisnis juga makin bertambah.

"SDM juga dituntut untuk menyesuaikan strategi bisnisnya. Ini membentuk adanya literasi teknologi, kemajuan teknologi harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin agar mampu menghasilkan efektifitas dan efisiensi," kata Bambang.

Bambang Soesatyo yang tahun lalu resmi menjabat sebagai Ketua ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) mengatakan saat ini masyarakat sudah masuk ke era disrupsi 4.0 yang dikenal juga dengan kelahiran era industri 4.0 yang merupakan bagian dari proses pergeseran realita zaman.

Baca juga: Tiga alasan UMKM harus manfaatkan TikTok untuk pemasaran media sosial

"Tatanan teknologi akan mengubah tatanan kehidupan baru yang mengoreksi makna kemapanan tersebut.”

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Moeldoko menyampaikan soal bagaimana pandemi berdampak pada pola kebiasaan belanja masyarakat, “Peluang digitalisasi didukung oleh tren pengguna e-commerce sebesar 138,1 juta. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga 2025 mencapai 201 juta. Ini harus disikapi dengan baik” ujarnya.

Lebih lanjut Moeldoko menyatakan, “Infrastruktur logistik dan infrastruktur pembayaran nirtunai harus siap. Jika pemerintah juga siap, diperkirakan 1,6 miliar paket akan dikirim per tahunnya di Indonesia yang bukan tidak mungkin target ini sudah terlampaui di masa pandemi.”

Untuk mencapai target tersebut sesuai dengan arahan presiden pada Peluncuran Program Konektivitas Digital 26 Februari lalu, Moeldoko menilai pentingnya pembangunan kapasitas SDM di bidang STEM (Science, Technology, Engineering dan Math).

“Talenta Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang besar, namun terbatas untuk memenuhi talenta teknis. Salah satu alasannya karena lulusan STEM terbatas daripada rata-rata di negara lain atau secara global. Rasio lulusan STEM hanya 1 untuk 1000 masyarakat. Sementara di Tiongkok 3:4 bahkan di India 3:1."

Pihaknya kemudian menyampaikan upaya pemerintah menanggapi hal ini adalah dengan membentuk program Manajemen Talenta Nasional. Melalui program ini, generasi Indonesia diarahkan dari dini agar talenta di bidang STEM bisa lebih diasah kemampuannya.

Baca juga: Telkom angkat Derrick Heng sebagai Direktur Marketing Telkomsel

Baca juga: UMKM online bukan sekadar tren

Baca juga: Strategi pemasaran digital bisa bantu UMKM tumbuh

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021