Lima, Peru (ANTARA News) - Politisi sayap kiri Peru yang juga mantan serdadu, Ollanta Humala, memimpin putaran pertama pemilihan presiden di negeri itu Minggu waktu setempat, berdasarkan 18 persen suara yang menunjukkan persaingan ketat dan kemungkinan akan dua putaran.

Berdasarkan data otoritas pemilu, Humala meraih 26.6 persen suara.  Pria berusia 48 tahun itu gagal dalam pemilihan presiden tahun 2006.

Pedro Pablo Kuczynski (72) mantan perdana menteri dan mantan ekonom Bank Dunia yang liberal berada di peringkat dua dengan 24,5 persen suara, sementara politikus sayap kiri Keiko Fujimori, putri mantan presiden Alberto Fujimori yang dipenjara, meraih 21,1 persen.

Jajak pendapat dan perkiraan pertama menempatkan Fujimori di tempat kedua, sedangkan mantan presiden Alejandro Toledo (65) yang popularitasnya tenggelam selama kampanye, meraih 15,6 persen.

Dengan emosi tinggi, para petugas menyeru untuk tetap waspada mengingat hasil pasti baru akan didapat beberapa hari kemudian. Seorang kandidat membutuhkan lebih dari separuh jumlah pemilih untuk memenangkan pilpres langsung ini.

Hampir 20 juta rakyat memilih pengganti Presiden Alan Garcia yang diselimuti isu pembagian merata kuea ekonomi Peru yang kaya sumber daya alam mineral itu.  Ini adalah tema sentral bagi sepertiga penduduk negeri itu yang masih hidup dalam kemiskinan.

Bila Fujimori meraih tempat kedua, Peru akan menghadapi pertarungan antara dua kandidat yang saling bertolak belakang, yaitu seorang nasionalis kiri yang disamakan dengan presiden Venezuela Hugo Chavez, melawan putri mantan orang kuat Peru yang dikhawatirkan banyak orang bahwa sang ayah akan mempengaruhi kepemimpinan putrinya.

"Akan sangat buruk bila itu terjadi," kata seorang mahasiswa berusia 21 tahun, Yasmina Medrano, saat mengikuti pemungutan suara pertamanya di Lima.  Dia memilih Kuczynski karena "pengalamannya".

Humala menjanjikan "perubahan besar dan redistribusi kekayaan negara" sembari membersihkan citranya dalam usaha keduanya untuk berkuasa.

Dia telah berusaha meyakinkan investor yang gugup lewat janji-janji kebijakan fiskal yang seksama, menghormati kesepakatan perdagangan bebas dan tidak berencana untuk dipilih kembali seperti dilakukan mentor sayap kirinya Hugo Chavez, sebaliknya berniat ingin model lebih moderat seperti Brasil.

"Pilihlah tanpa rasa takut," kata Humala.

Fujimori mendapat manfaat dari pendukung berat ayahnya, presiden bertangan besi yang berkuasa pada 1990-an dan sekarang dipenjara karena pelanggaran hak asasi manusia selama menumpas gerilyawan sayap kiri, tetapi juga diingat karena prestasinya dalam menekan hiperinflasi.

Pengalaman Fujimori termasuk peran publiknya sebagai "ibu negara" Peru saat berusia 19 tahun menyusul perceraian orangtuanya, dan banyak orang yang takut dia akan berusaha membebaskan ayahnya jika terpilih.

Tetapi menurut ibu muda berusia 25 tahun yang tak bekerja Selinda Chavez, yang memberikan suara sambil menggendong bayinya, menyebut Fujimori taruhan terbaik untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan ayahnya terhadap rakyat miskin.

"Orangtua saya bilang dia menyediakan makanan di sekolah dan menciptakan lapangan kerja," kata Chavez.

Kuczynski melampaui Toledo selama kampanye setelah didukung kaum elite Lima, melalui kampanye internet dan dukungan dari partai berkuasa APRA yang tidak memiliki calon.  

Banyak pemilih moderat mengatakan mereka melihat Kuczynski sebagai pilihan terbaik untuk menghindari konflik antara Fujimori dan Humala, dan mengulangi komentarnterkenal dari novelis peraih penghargaan Nobel Mario Vargas Llosa, yang membandingkan pilihan terhadap keduanya sebagai memilih kanker atau terminal AIDS.

Menurut UU Peru, Garcia tidak boleh lagi menduduki jabatan untuk dua kali berturut-turut. (*)

Neny

Penerjemah:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011