PESADA di Kepulauan Nias sendiri sudah melakukan pendampingan produksi
Gunungsitoli, Sumut (ANTARA) - Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA) di Nias, Sumatera Utara meminta agar pemangku kepentingan dapat mendorong penguatan pemanfaatan produk turunan kelapa mengingat potensinya menjadi berbagai produk yang bernilai jual tinggi seperti salah satunya virgin coconut oil (VCO).

PESADA di Nias, yang merupakan anggota Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) yang berada dalam Konsorsium Local Harvest bersama empat lembaga nirlaba lainnya, tengah mengembangkan VCO menjadi salah satu produk fokus kampanye Pangan Bijak Nusantara.

"Kita mengharapkan peran serta pemerintah untuk terlibat langsung karena ini juga bagian dari peningkatan perekonomian masyarakat terutama perempuan," kata Koordinator Regional Tapanuli Tengah dan Kepulauan Nias PESADA Berliana Purba ketika ditemui ANTARA saat mengadakan pertemuan anggota kelompok pembuat VCO di Kecamatan Tugala Oyo, Kabupaten Nias Utara, Sumatera Utara pada Senin.

Kampanye Pangan Bijak Nusantara sendiri merupakan bagian dari strategi proyek Local Harvest yang diinisiasi untuk meningkatkan pemahaman dan permintaan konsumen terhadap produk pangan lokal, adil, sehat dan lestari.

PESADA di Kepulauan Nias sendiri sudah melakukan pendampingan produksi VCO oleh kelompok-kelompok perempuan di berbagai daerah di wilayah tersebut, termasuk sembilan perempuan yang di Tugala Oyo.

Salah satu pelaku produsen itu adalah Hormianmin Saragih, yang menjadi ketua kelompok perempuan usaha mikro (kelpum) Mekar di Desa Ononazara.

Dari VCO dia mendapatkan pemasukan tambahan untuk keluarganya, selain gajinya sebagai guru di desa itu.

Untuk itu dia mengharapkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah untuk mengembangkan potensi VCO Nias terutama yang dibuat oleh industri rumah tangga oleh berbagai.

"Kami yakin percaya bahwa PESADA dan juga pemerintah bisa membantu kami, kelemahan kami untuk VCO ini pemasarannya kami sangat membutuhkannya karena keterbatasan daerah kami yang cukup terisolir jadi hasil VCO kami sering tidak bisa tersalurkan," demikian Hormianmin.
Baca juga: Harga TBS sawit di Mukomuko naik tiga kali dalam empat hari
Baca juga: Pemerintah dorong pemberdayaan petani kelapa sawit
Baca juga: Madani: Komoditi untuk bahan bakar nabati perlu didiversifikasi

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021