Jakarta (ANTARA News) - Iklan partai politik terbukti mempengaruhi perilaku pemilih untuk memberikan dukungan pada tokoh maupun partai yang menjadi pendukung utamanya.

Temuan Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dipublikasikan pada Minggu di Jakarta, menunjukkan perilaku rasional pemilih sangat terkait dengan informasi yang diperoleh pemilih.

Direktur Eksekutif LSI Saiful Mujani mengatakan, iklan politik oleh partai bisa menjadi informasi yang bisa dipercaya bila iklan tersebut memuat substansi yang didukung oleh fakta.

Contohnya, iklan Partai Demokrat yang berkaitan dengan capaian pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono seperti tentang pemberantasan korupsi, penegakan keamanan, program kesejahteraan seperti peningkatan anggaran pendidikan dan pelayanan kesahatan. Materi iklan ini menjadi "kekuatan" bagi Partai Demokrat untuk mendapatkan simpati masyarakat.

Hasil survei yang dilaksanakan selama 10-22 Desember 2008 dengan melibatkan 2.200 responden menunjukkan sebanyak 70 persen responden mengaku menyukai isi iklan Partai Demokrat dan tokohnya di televisi. Disusul 66 persen responden yang menyukai isi iklan Partai Gerindra dan PDIP 59 persen.

"Iklan Demokrat lewat televisi sama masifnya dengan iklan Gerindra, tetapi kesan publik lebih positif pada iklan Demokrat," katanya.

Perbedaan daya jangkau dan kesan positif pemilih terhadap iklan partai ini membuat Demokrat lebih kuat untuk sementara ini dibanding partai yang lain.

"Sementara Golkar sampai hari ini belum keluar dengan iklan yang masif dengan substansi yang meyakinkan pemilih, akibatnya Golkar tertinggal dari Demokrat dan PDIP," katanya.

Dalam survei menunjukkan hanya 54 persen responden menyatakan menyukai isi iklan Partai Golkar.

Dilihat dari segi intensitas, 73 persen responden mengaku lebih sering melihat iklan Partai Gerindra dan tokohnya di televisi. Sementara di bawahnya, sebanyak 65 persen responden mengaku sering melihat iklan Partai Demokrat, disusul 45 persen PDIP, dan 40 persen Golkar.

"Terlihat sekali ada kesenjangan iklan dan informasi diantara Demokrat dan Golkar," kata Saiful.

Kondisi ini, katanya mempengaruhi perilaku pemilih. Sampai 2008, publik lebih sering menerima informasi tentang kesuksesan pemerintah SBY dibanding sebelumnya. Informasi ini nampaknya cukup meyakinkan publik, sehingga Demokrat saat ini lebih unggul dibanding partai lainnya termasuk PDIP dan Golkar.

Menurut Saiful, survei menunjukkan dukungan terhadap SBY dan partai pendukung utamanya yakni Partai Demokrat juga terus mengalami peningkatan seiring dengan tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah.

Keberhasilan pemerintah SBY juga memberikan sumbangsih signifikan terhadap tingkat dukungan SBY sebagai capres 2009.

Demokrat, pada Desember 2008 merupakan partai yang paling banyak dipilih jika dilakukan pemilu saat ini. Sebanyak 23 persen responden menyatakan memilih Demokrat, 17,1 persen memilih PDIP, dan 13,3 persen memilih Golkar.

Lebih lanjut Saiful menjelaskan posisi pemilihan Golkar dalam survei LSI ini tergolong rendah.

Demikian pula untuk pemilihan tokoh sebagai capres, SBY tetap terpopuler (43 persen), disusul Megawati Soekarno Putri 19 persen, Prabowo Subianto 5 persen, Sri Sultan Hamengku Buwono 5 persen, dan Jusuf Kalla 2 persen.

Menyinggung tentang dukungan terhadap Jusuf Kalla sebagai capres 2009, Saiful mengatakan, posisinya masih di bawah SBY. Hal ini diperkirakan karena masyarakat telah menganggap Jusuf Kalla merupakan pasangan Yudhoyono.

Menurut Saiful, saat ini Demokrat tetap unggul karena tidak ada kekuatan oposisi yang mampu mempengaruhi perilaku pemilih. Partai lain juga belum mampu menyaingi Partai Demokrat dalam melakukan sosialisasi.

Apabila partai lain ingin menyaingi Demokrat maka salah satu upaya yang harus dilakukan dengan sosialisasi yang tepat sasaran sehingga dapat mempengaruhi perilaku pemilih.

Sementara itu, Wakil Direktur Eksekutif Lembaga Pemenangan Pemilu Partai Golkar Jeffrie Geovanie mengatakan bahwa Golkar baru akan memulai kampanye masifnya pada Januari 2009 ini.

Ia mengakui iklan Partai Golkar yang selama ini ditayangkan di televisi belum maksimal.

"Kita akan mulai kampanye masif mulai 5 Januari 2009. Kalau tidak kita akan terlibas partai lain," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009