Bandung (ANTARA) - Provinsi Jawa Barat (Jabar) menempati peringkat pertama untuk transaksi e-commerce secara nasional, baik pembelian atau penjualan melalui marketplace yang jumlahnya mencapai Rp15,02 triliun (total transaksi hingga pertengahan triwulan III 2021).

"Jabar posisi pertama dengan transaksi e-commerce terbesar secara nasional. Total transaksi pada pertengahan triwulan III 2021 tercatat mencapai Rp15,02 triliun," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Herawanto saat membuka Webinar Local Community Services Pelatihan Digital Marketing bagi UMKM di wilayah Provinsi Jawa Barat sebagai rangkaian dari West Java Economic Society 2021, yang diadakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jabar, Selasa.

Perkembangan ekonomi digital Jawa Barat sangat menggembirakan dan kondisi tersebut salah satunya tercermin dari pertumbuhan nilai transaksi e-commerce oleh warga Jabar pada pertengahan triwulan III Tahun 2021 yang tumbuh 59,03 persen dibandingkan tahun 2020.

Baca juga: BI: Transaksi e-commerce naik 63,4 persen pada semester I-2021

Tercatat dari 10 provinsi dengan pangsa pasar transaksi terbesar di Indonesia, baik pembelian maupun penjualan melalui marketplace, Jabar menempati posisi teratas.

Herawanto menuturkan transaksi pembelian terbesar yang mengindikasikan permintaan masyarakat Jabar ada di kategori fesyen Rp 2,52 triliun, handphone dan aksesoris Rp 2,12 triliun, dan personal care and cosmetic Rp 1,9 triliun.

"Dan ini menunjukkan Jabar memiliki peluang yang sangat baik dalam digitalisasi. Tentu harus dilanjutkan untuk memastikan sektor bisnis di berbagai level, termasuk UMKM untuk bertransformasi bisnis secara end to end," katanya.

Terlebih, lanjut dia, digitalisasi memegang peranan penting baik selama masa pandemi, pemulihan ekonomi, maupun perekonomian pada masa mendatang. Bahkan menjadi kunci penting, tidak hanya untuk bertahan tetapi juga berkembang serta menenangkan pertarungan bisnis bagi UMKM.

"Menghadapi masa pasca pandemi, digitalisasi menyeluruh, end to end proses perlu didorong untuk terealisasikan demi menguatkan daya saing, serta mengangkat pertumbuhan ekonomi dan memeratakan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Baca juga: Gubernur BI prediksi pertumbuhan e-commerce melonjak hingga 39 persen

Sementara itu, Ketua Panitia LCS Dadan Soekardan mengatakan pandemi COVID-19 yang menimpa Indonesia sejak Februari 2020 lalu telah melemahkan dan bahkan mematikan usaha para pelaku UMKM, khususnya di wilayah Jawa Barat.

Dadan mengatakan kurangnya pengetahuan mengenai teknis pemasaran dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi menyebabkan performa usaha terjun bebas, khususnya saat kebijakan PPKM diterapkan.

Padahal, kata dia, masih banyak di antara pelaku UMKM tersebut yang sebenarnya telah memiliki akun-akun media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, Tik-tok, namun akun tersebut lebih sering digunakan untuk media pertemanan.

Menurut dia UMKM belum memahami dampak besar dari menawarkan produk dan jasa yang dihasilkan melalui media-media sosial sangat berdampak besar terhadap kemajuan usaha mereka.

"UMKM juga belum memahami manfaat kehadiran platform-platform marketing digital yang jumlahnya makin hari makin berkembang," kata dia.

Mereka, lanjut Dadan, baru memanfaatkan platform-platform tersebut hanya untuk berbelanja, tanpa memahami bahwa sebenarnya platform-platform tersebut juga dapat membantu menjadikan produk dan jasa yang mereka hasilkan tidak hanya di jual di pasar lokal, akan tetapi juga dapat di jual di pasar regional, bahkan pasar global.

"Oleh karena itu, kegiatan ini diharapkan mampu membuka wawasan UMKM," katanya.

Webinar tersebut merupakan bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung Koordinator Jawa Barat.

Kegiatan ini mengangkat tema Mengajak Potensi Ekonomi, Mendorong Akselerasi Investasi dan Digitalisasi, guna Memajukan Inklusifitas Ekonomi Jawa Barat.

Kegiatan tersebut digelar selama dua hari dan menghadirkan praktisi digital marketing yang juga merangkap trainer wira usaha, yaitu Rizky Ananda (Founder PT. Miun Sinergi Nusantara), Benny Pandapotan (Founder CV Moving Serving Rising – Eggy Telur Asin Pedas), dan Firman Sutarman Hasan (Co-Founder/ Chief Commercial Officer PT Sumber Aneka Inovasi Selleri Indonesia).

Adapun materi yang antara lain Success Story, Strategi Masuk Ke Pasar (Pre Market) yang meliputi Model Bisnis, Legalitas, dan Konten, Strategi Memasuki Pasar (Road To Market); Optimalisasi Media Sosial (Facebook Ads dan Instagram Ads serta E- Commerse). Kemudian, materi pelatihan yang difokuskan pada pengenalan platform digital marketing, tutorial bagi peserta yang berminat untuk bergabung ke dalam platform digital marketing.

Jumlah peserta pelatihan mencapai 217 orang pelaku UMKM dari 27 kota/ kabupaten di Jawa Barat dengan produk yang dihasilkan, meliputi kuliner, fashion, serta industry kreatif.

Sedangkan hari kedua, peserta dibatasi hanya 54 orang, terdiri dari 2 (dua) orang pelaku UMKM dari setiap kota/ kabupaten yang berada di wilayah Jawa Barat.

"Pembatasan ini dilakukan mengingat pada hari kedua dilakukan tutorial untuk bergabung ke platform digital, sesuai dengan outcome yang diharapkan dari kegiatan ini," ujarnya.


 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021