Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia bersama Kerajaan Denmark menggelar Konferensi Pelayaran Ramah Lingkungan (Green Shipping Conference), Selasa, dalam rangka memfasilitasi aktivitas pelayaran dan kemaritiman yang berdasarkan konsep "hijau" dalam pengelolaannya.

Konferensi tentang pelayaran hijau merupakan bentuk dukungan Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP26) di Glasgow beberapa waktu yang lalu.

"Kami sudah memiliki tujuan jangka panjang dan komitmen aktivitas ekonomi, terutama dalam hal kemaritiman, untuk menggunakan konsep hijau atau berkelanjutan. Komitmen ini sudah diterima baik oleh Denmark dan kami berharap Denmark mampu membantu mempromosikan teknologi rendah karbon, memfasilitasi kemitraan publik-swasta, pertukaran informasi, transfer teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia maritim, kerja sama teknis, serta berbagai program untuk meningkatkan efisiensi energi di kapal dan pelayaran," kata Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman dan Investasi Basilio Dias Araujo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Terkait aktivitas pelayaran, Pemerintah Indonesia juga telah melakukan berbagai kebijakan dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan aktivitas hijau.

Sejalan dengan komitmen dalam pembaruan Nationally Determined Contributions (NDC) pada Juli 2021 melalui Low Carbon Compatible with Paris Agreement (LCCP), Indonesia juga telah mulai memproduksi bahan bakar kapal sulfur rendah atau Low Sulphur Marine Fuel Oil (LS MSO) yang sudah dibisniskan di salah satu pelabuhan kargo curah di Pelabuhan Internasional Krakatau pada Agustus 2021.

Indonesia juga telah memperkenalkan B20 dan B30 untuk transportasi darat dan udara di tingkat nasional dan membuat program untuk mengubah kapal-kapal kecil dari menggunakan bahan bakar minyak menjadi menggunakan bahan bakar gas (BBG).

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memerlukan pelabuhan yang terintegrasi dan menerapkan konsep hijau dengan memanfaatkan rooftop solar untuk menyediakan energi ramah lingkungan.

Indonesia juga berencana untuk menerapkan teknologi energi baru terbarukan dan bioenergi melalui Carbon Captured Storage/Carbon Capture Utilization Storage (CCS/CCUS).

Duta Besar Kerajaan Denmark untuk Indonesia Lars Bo Larsen dan Direktur Jenderal Danish Maritime Authority Andreas Nordseth menyatakan kesiapannya dalam mendukung Indonesia mencapai penggunaan teknologi berbasis ramah lingkungan terutama dalam aktivitas pelayaran dan sektor kemaritiman, mulai dari pengembangan SDM hingga aktivitas kepelabuhanan.

"Kami melihat berbagai perkembangan Indonesia dalam hal perekonomian dari aktivitas maritim yang berbasis konsep hijau. Kami siap membantu dan mendukung Indonesia dalam melakukan inovasi teknologi yang mendukung pengembangan konsep hijau dalam kemaritiman Indonesia," papar Duta Besar Lars.

Di sisi lain, guna mendukung sinergi tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya akan bekerjasama dalam mengembangkan teknologi inovasi bagi kegiatan maritim berkonsep hijau.

"ITS akan jadi pihak yang membantu pemerintah dalam melakukan berbagai inovasi teknologi. Tidak lupa, kami akan dibantu dan bekerja sama dengan Denmark melalui Danish Maritime Authority," kata Rektor ITS Mochamad Ashari.


Baca juga: Menlu RI, Denmark teken pembiayaan proyek infrastruktur

Baca juga: Indonesia-Denmark tekankan pentingnya implementasi perjanjian Paris

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021