Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka, Devie Rahmawati mengatakan persoalan teknis turut menjadi salah satu isu mengapa masih ada masyarakat yang belum menjalani vaksinasi COVID-19, bahkan yang berada di kota-kota besar.

"Studi yang kami lakukan keengganan masyarakat untuk vaksin itu rupanya persoalan teknis betul," kata Devie ketika menjadi narasumber dalam diskusi yang diadakan Forum Merdeka Barat 9 yang dipantau secara daring dari Jakarta, Rabu.

Hal itu juga berlaku di kota-kota besar dimana masyarakat terhalang kendala teknis, seperti ketiadaan kendaraan untuk mencapai pusat vaksinasi.

Baca juga: Indonesia fokus pada dua suntikan sebagai dosis lengkap vaksin

Selain itu, permasalahan waktu seperti yang dialami oleh pekerja harian, yang upahnya berdasarkan kedatangan per hari, bahkan per jam, juga menjadi salah satu latar belakang adanya masyarakat yang belum menjalani vaksinasi. Vaksinasi terpusat kadang membutuhkan waktu dan akan berpengaruh terhadap pekerjaan mereka.

"Oleh karenanya, kami bekerja sama dengan Polri, Kominfo dan banyak stakeholder lain, ada lebih dari 25 stakeholder, kemudian menemukan salah satu metode agar masyarakat dengan mudah untuk vaksin hanya melangkah sedikit saja dari luar rumah," kata Devie.

Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka dengan berbagai pemangku kepentingan bekerja sama untuk membuka gerai vaksin sampai ke tingkat RW dan menargetkan 900 RW di DKI Jakarta. Waktu pelaksanaan selama 17 hari dan setiap titik memiliki kuota hingga 200 orang.

Baca juga: Hoaks masih jadi tantangan vaksinasi di daerah pedalaman

Baca juga: PROJO ingatkan percepatan vaksinasi COVID-19 tak boleh melambat


Vaksinasi Nusantara itu dilakukan dengan melibatkan 4.500 relawan pada tahap pertama yang bertugas di berbagai wilayah Jakarta.

Langkah vaksinasi di tingkat RW itu juga dapat mempermudah mengidentifikasi warga yang belum menjalani vaksinasi.

"Kalau sudah tahu ada yang tidak mau vaksin, kami lebih mudah melakukan komunikasi sosial untuk mengatasi banyaknya informasi hoaks," kata Devie.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021