Seoul (ANTARA) - Bank sentral Korea Selatan menaikkan suku bunga dan merevisi prospek inflasinya pada Kamis, seperti yang diperkirakan secara luas, ketika kekhawatiran tentang meningkatnya utang rumah tangga dan harga-harga menunjukkan pengetatan kebijakan lebih lanjut tahun depan.

Dewan kebijakan moneter Bank of Korea (BoK) mengangkat biaya pinjaman sebesar 25 basis poin menjadi 1,00 persen - sebuah langkah yang diperkirakan oleh 29 dari 30 analis dalam jajak pendapat Reuters. Seorang analis memperkirakan bank menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,25 persen.

BoK juga menaikkan prospek inflasi untuk tahun depan menjadi 2,0 persen dari 1,5 persen sebelumnya, menunjukkan perlunya kenaikan suku bunga lebih lanjut di tengah kekhawatiran tentang tekanan harga-harga yang lebih cepat dan berlarut-larut.

Obligasi berjangka tiga tahun naik sebanyak 0,14 poin setelah bank merilis revisi perkiraan, sementara indeks acuan KOSPI dan won turun.

Korea Selatan telah berada di garis depan penarikan stimulus global karena bank sentral mulai memangkas stimulus era pandemi untuk menahan laju inflasi dan meningkatnya ketidakseimbangan keuangan.

Baca juga: Bank sentral Korsel peringatkan risiko ketidakseimbangan keuangan


Setelah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun pada Agustus, inflasi konsumen di ekonomi terbesar keempat di Asia itu melaju ke level tertinggi hampir satu dekade pada Oktober.

Ekonomi tumbuh 4,0 persen pada kuartal ketiga, berkat ekspor chips dan produk petrokimia yang kuat serta terbantu oleh perbandingan dengan kemerosotan pandemi tahun lalu.

Bank sentral masih memperkirakan ekonomi tumbuh 4,0 persen tahun ini dan 3,0 persen pada 2022, seperti yang diproyeksikan pada Agustus.

Tekanan harga yang meningkat dan pertumbuhan perusahaan telah mendorong sebagian besar analis yang disurvei oleh Reuters untuk mengemukakan perkiraan mereka. Analis sekarang memperkirakan tingkat suku bunga mencapai 1,25 persen pada kuartal pertama dan 1,50 persen pada akhir 2022.

"Kenaikan suku bunga harus dilakukan pada November karena pertumbuhan kuat dan tekanan harga meningkat. Satu kenaikan lagi diharapkan awal tahun depan untuk mengatasi ketidakseimbangan keuangan," kata Yoon Yeo-sam, seorang analis di Meritz Securities.


Baca juga: Tak terduga, Korsel turunkan suku bunga

Salah satu komplikasinya adalah lonjakan baru-baru ini dalam kasus harian COVID-19, yang mencapai lebih dari 4.000 untuk pertama kalinya pada Rabu (24/11/2021) mengaburkan prospek untuk beberapa bulan ke depan.

BoK pada Agustus menjadi bank sentral besar Asia pertama yang mulai menaikkan biaya pinjaman sejak pandemi COVID-19 dimulai.

Selandia Baru pada Rabu (24/11/2021) juga menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya dalam dua bulan dan Federal Reserve AS diperkirakan akan beralih ke pengetatan untuk menahan tekanan harga.

Semua mata kini tertuju pada konferensi pers Gubernur Lee Ju-yeol pada pukul 02.20 GMT, di mana investor akan mencari panduan tentang waktu pengetatan kebijakan berikutnya.


Baca juga: Korsel turunkan suku bunga utama jadi 1,25 persen

Baca juga: Proyeksi pertumbuhan ekonomi Korsel turun jadi 2,8 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021