Jakarta (ANTARA) - Selama pandemi COVID-19 terdapat tren peningkatan adopsi dan kepemilikan hewan peliharaan atau sekarang lebih dikenal dengan istilah anak bulu.

Hal itu dibuktikan dalam beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh tiga orang periset yaitu Jeffery Ho, Sabir Hussain, dan Oliver Sparagano bertajuk “Did the COVID-19 Pandemic Spark a Public Interest in Pet Adoption?” yang dimuat dalam jurnal Frontiers pada Mei 2021.

Dalam penelitian tersebut disimpulkan terdapat peningkatan adopsi pada hewan peliharaan terutama anjing di Amerika Serikat, sedangkan di Singapura adopsi kucing menjadi yang paling masif dilakukan selama pandemi COVID-19 melanda.

Dalam penelitian itu juga ditunjukan bahwa dengan merawat hewan peliharaan selama pandemi rupanya dapat mendukung kesehatan mental manusia hingga mengurangi kecemasan.

Baca juga: Cara Raditya Dika dan Ryan Delon kenalkan anak bulu pada si buah hati

Baca juga: Kafe kucing di Dubai untuk lepas stres, juga tempat adopsi anak bulu


Dengan kelucuan tingkah lakunya dan aktivitasnya saat bermain, manusia bisa mendapatkan banyak hal positif dan juga pembelajaran saat memelihara anak bulu.

Tren itu juga ikut terjadi di Tanah Air terbukti dengan masifnya orang- orang yang mengunggah foto hewan peliharaannya selama masa work from home berlangsung.

Sebagai pemilik hewan peliharaan atau pun “orang tua” dari anak bulu ada tanggung jawab yang harus dipenuhi untuk memastikan anak bulu dapat sejahtera.

Salah satunya adalah menjaga kesehatan kucing atau pun anjing agar tidak mudah terserang penyakit.

Ada banyak ragam penyakit yang bisa menjangkiti kucing maupun anjing mulai dari jamur, kutu, hingga bakteri dan virus menjadi ancaman bagi kesehatan si kesayangan.

Virus Rabies adalah salah satu dari virus yang memiliki tingkat kefatalan bagi hewan peliharaan khususnya kucing dan anjing. Melalui air liur virus itu dapat ditularkan dari hewan ke hewan lainnya.

Tidak hanya berbahaya bagi hewan, tapi juga berbahaya bagi manusia.

Hewan peliharaan yang terinfeksi rabies dapat menularkan virus itu kepada pemiliknya lewat gigitan yang membuat luka itu sebabnya rabies tidak hanya mengancam nyawa anak bulu tapi juga manusia.

“Virus rabies bisa masuk ke dalam ujung saraf yang ada pada otot di tempat gigitan dan memasuki ujung saraf tepi sampai mencapai sistem saraf pusat yang biasanya pada sumsum tulang belakang, dan selanjutnya menyerang otak,” ujar Tim One Health Zoonosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dokter Asep Purnama.

Dalam pandangan internasional WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia, dalam periode 2021-2023 rabies termasuk dalam penyakit zoonosis yang perlu ditangani lewat koordinasi lintas sektoral di tingkat nasional, regional, hingga global.

Sementara di Indonesia berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan di 2020, rupanya masih ada 26 dari 34 provinsi yang belum bebas dari penyakit menular rabies.

Penyakit Rabies menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius karena hampir selalu menyebabkan kematian (almost always fatal) setelah timbul gejala klinis dengan tingkat kematian sampai 100 persen.

Ada pun gejala awal yang timbul akibat rabies diantaranya seperti demam disertai rasa kesemutan di tempat gigitan hewan, rasa tidak enak badan, mual, nyeri di tenggorokan.

Gejala itu dapat disusul lebih gejala yang lebih parah apabila tidak disadari dan tidak ditangani di antaranya rasa cemas dan gelisah, reaksi berlebihan terhadap sentuhan, produksi air liur berlebih, pupil mata dilatasi, koma, hingga kemudian berakhir dengan kematian.

Setiap tahunnya, jumlah kematian akibat rabies bisa mencapai lebih dari 100 orang.

Angka tersebut cukup tinggi dan tentunya meresahkan jika tak ada aksi nyata menghentikan kasus rabies.

Guru Besar FK UI Prof. Dr. dr. Samsuridjal Dzauji, SpPD-KAI, FACP menyebutkan hingga saat ini belum ada obat yang ditemukan ampuh menangani pasien rabies baik untuk manusia maupun untuk hewan.

Tentu hal ini mengkhawatirkan, namun berita baiknya penyakit menular rabies dapat dicegah dengan cara memberikan vaksinasi kepada hewan untuk memberikan kekebalan pada tubuh.

“Rabies dapat dicegah melalui vaksinasi di puskesmas atau rumah sakit. Oleh karena itu, untuk mencegah semakin banyaknya kasus rabies di Indonesia perlu dilakukan strategi pencegahan yang di mana salah satu cara utamanya adalah dengan melakukan vaksinasi rabies sesegera mungkin,” ujar dokter Samsuridjal.

Vaksin Anti Rabies (VAR) memiliki cara kerja membentuk sistem kekebalan tubuh sehingga dapat menangkal virus rabies.

Secara teori vaksin tersebut membutuhkan waktu sekitar dua minggu agar bisa membentuk antibodi terhadap virus rabies.

Setelah antibodi terhadap virus rabies terbentuk sejak suntikan pertama, antibodi dapat bertahan di dalam tubuh selama satu tahun lamanya.

Agar tetap terlindungi maka dibutuhkan pengulangan pemberian vaksin anti rabies setiap satu tahun sekali sehingga proteksi dari virus rabies dapat optimal.

Sebenarnya cukup banyak langkah dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang terlibat langsung untuk mengatasi masalah rabies.

Misalnya seperti Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta secara rutin setiap tahunnya menggelar pemberian vaksin rabies secara gratis untuk hewan peliharaan milik warga DKI Jakarta.

Dengan memastikan pemberian vaksin anti rabies kepada hewan- hewan peliharaan di DKI Jakarta dengan metode jemput bola ke setiap kecamatan, maka tidak heran DKI Jakarta kini mendapatkan predikat bebas rabies selama 17 tahun lamanya.

Secara nasional, Indonesia juga telah mengembangkan vaksin anti rabies untuk hewan peliharaan buatan lokal agar vaksinasi anti rabies bisa semakin terjangkau dan mudah didapatkan.

Misalnya seperti vaksin Neo Rabivet yang diluncurkan pada Oktober 2021 lalu oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Tentunya itu semua dilakukan agar kasus rabies di Indonesia bisa ditangani dan bahkan Indonesia bisa bebas dari rabies pada 2030.

Meski Pemerintah sudah menunjukan upaya penanganan pada virus rabies, tetap dibutuhkan peran aktif pemilik hewan peliharaan untuk mencari informasi tentang vaksin anti rabies bagi anak bulu kesayangannya.

Tentu kita tidak mau bukan kesehatan anak bulu yang gemas terganggu? Oleh karena itu, pastikan memberi vaksin anti rabies kepada anjing dan kucing anda sehingga anak bulu anda dapat terus aman dari penyakit mematikan itu.

Baca juga: Solusi untuk pemilik "anak bulu" yang malas repot beli makanan

Baca juga: Kafe kucing di Dubai untuk lepas stres, juga tempat adopsi anak bulu


Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021