Baghdad (ANTARA News) - Dua pemboman mobil bunuh diri Senin menewaskan lima orang dan mencederai 15 lain di pintu gerbang Zona Hijau Baghdad yang dijaga sangat ketat, dimana pertemuan puncak Liga Arab akan diadakan bulan depan.

Beberapa pejabat mengatakan, pemboman itu terjadi sekitar pukul 08.30 waktu setempat (pukul 12.30 WIB) di gerbang barat Zona Hijau, dimana terdapat kantor Perdana Menteri Nuri al-Maliki, parlemen Irak dan kedutaan-kedutaan besar AS serta Inggris.

Sederetan mobil sedang menunggu untuk masuk ke Zona Hijau ketika pemboman itu terjadi, kata seorang pejabat keamanan.

"Dua bom mobil bunuh diri meledak di gerbang barat Zona Hijau," kata juru bicara keamanan Baghdad, Mayor Jendral Qassim Atta, yang menuduh Al-Qaeda bertanggung jawab atas serangan itu dan menyebut jumlah korban tewas lima dan cedera 15.

"Pemboman itu terjadi ketika sejumlah pegawai dan pejabat sedang memasuki Zona Hijau," katanya. "Serangan itu berusaha memberikan kesan bahwa teroris bisa menyerang Zona Hijau. Ada tanda-tanda jelas Al-Qaeda dalam serangan ini."

Seorang dokter di rumah sakit Al-Yarmuk mengatakan, pihaknya telah menerima 13 korban cedera, sembilan diantaranya anggota pasukan keamanan Irak.

Serangan itu terjadi kurang dari sebulan sebelum pertemuan puncak Liga Arab digelar di Baghdad pada 11 Mei, dan Istana Republik yang baru direnovasi yang akan menjadi tempat pertemuan itu terletak di dalam Zona Hijau.

Sementara itu, orang-orang bersenjata Senin juga menyerang toko permata di distrik Ameen di daerah timur Baghdad, menewaskan para pemilik dua toko tersebut, kata seorang pejabat keamanan.

Polisi tiba ketika pencuri sedang melakukan aksi mereka, dan satu dari tiga orang bersenjata tewas sementara yang lain berhasil kabur, kata pejabat kementerian pertahanan.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011