Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan bahwa budidaya maggot (larva lalat jenis Black Soldiers Fly) merupakan bahan dalam pembuatan pakan ikan mandiri yang bersifat nirlimbah sehingga akan terus didorong pemerintah.

"Produksi maggot memegang prinsip zero waste (nirlimbah) yang tengah digenjot Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan lingkungan," kata Plt. Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kusdiantoro dalam rilis di Jakarta, Jumat.

Menurut Kusdiantoro, maggot merupakan jenis komoditas yang memiliki banyak keunggulan untuk dibudidayakan.

Baca juga: KKP sebut pakan jadi faktor dominan keberhasilan budi daya ikan

Ia mengemukakan, keunggulan itu antara lain adalah maggot dapat diproduksi dalam berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu, ujar dia, budidayanya mudah dan pakan yang digunakan sangat bersahabat, yaitu dengan memanfaatkan sampah organik.

"Praktik ini tentunya meningkatkan nilai ekonomi dan berperan dalam mengatasi masalah sampah," kata Kusdiantoro.

KKP juga telah mendorong pembuatan pakan ikan antara lain dengan menggelar Pelatihan Budidaya Manggot bagi 100 orang masyarakat perikanan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, pada 23-24 November 2021.

Baca juga: KKP klaim pabrik mandiri layani kebutuhan pakan ikan berkualitas

Dalam pelatihan tersebut, peserta diberikan materi mengenai biokonversi sampah organik, pengenalan maggot, pengenalan bahan baku (media) budidaya maggot, budidaya Black Soldier Fly (BSF), produksi maggot dan aplikasi maggot sebagai pakan.

Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan (Puslatluh) KP Lilly Aprilya Pregiwati menyampaikan, maggot yang merupakan larva lalat BSF ini adalah salah satu bahan solusi pakan alternatif yang cukup murah dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Pasalnya hewan ini mengandung protein yang cukup tinggi.

"Kandungan protein dalam larva BSF ini mencapai 41 sampai 42 persen, cukup setara dengan kandungan protein pada pakan ikan pabrikan yang berkisar antara 20 hingga 45 persen. Selain itu, maggot juga mengandung kalsium, fosfor dan nutrisi lainnya yang baik bagi pertumbuhan ikan," ujarnya.

Anggota Komisi IV DPR RI Panggah Susanto menyebut, budidaya maggot ini didukungnya sebagai tantangan dan respons pemerintah bagi isu sampah dan lingkungan baik di perkotaan maupun perdesaan.

"Dengan adanya kegiatan pengumpulan sampah organik dari pasar-pasar lokal, diharapkan dapat mengurangi beban TPA, karena sampah yang diolah tersebut dapat menjadi media bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan maggot serta hasil lain seperti pupuk kompos dan cair," ucap Panggah.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021