Jakarta (ANTARA News) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) siap mengalokasikan dana Rp3 triliun untuk membeli kembali  (buy back) saham yang sekarang berada di tangan publik.

Laporan publikasi Telkom di Jakarta, Selasa, menyebutkan, program "share buy back" IV tersebut akan dilakukan maksimal 2,07 persen dari seluruh jumlah saham seri B Telkom atau maksimal 416.666.667 lembar saham.

Dijelaskan, pembelian kembali saham Telkom dilakukan bertahap paling lama 18 bulan sejak rencana tersebut mendapat persetujuan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dijadwalkan pada 19 Mei 2011.

Sebelumnya, Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah menuturkan, program buy back ini merupakan salah satu strategi perseroan untuk meningkatkan jumlah kepemilikan perusahaan.

Program ini diharapkan dapat meningkatkan manajemen permodalan perseroan, meningkatkan laba bersih per saham (earnings per share/ EPS), dan return on equity (ROE).

Perseroan meyakini bahwa pelaksanaan "buy back" tidak akan mempengaruhi kondisi keuangan perseroan, karena memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup.

Menanggapai hal itu, Menteri BUMN, Mustafa Abubakar menuturkan Kementerian BUMN selaku kuasa pemegang saham Telkom mendukung rencana aksi korporasi perusahaan itu.

"Rencana `buy back` tersebut sudah dikonsultasikan kepada kami. Kita mendukung sepanjang dilakukan dengan mengedepankan prinsip ke hati-hatian," ujar Mustafa.

Sementara itu, analis Edwin Sebayang dari MNC Securities menilai bahwa langkah "buy back" tersebut tidak terlalu berpengaruh besar terhadap performa dan fundamental perusahaan.

Ia menjelaskan, dalam kondisi seperti sekarang ini "buy back" dilakukan lebih untuk menyenangkan hati investor, dan menjadi strategi perseroan untuk meningkatkan harga saham.

"Harga saham Telkom sedang rendah, itu hanya untuk menjaga volatilitas saham, agar tidak jatuh terus. Tidak ada kaitannya dengan kinerja karena kinerja kuartal I 2011 saya perkirakan juga tidak banyak berubah atau tumbuh hanya tipis sekitar 5 persen," ujarnya.

Menurutnya, dana sebesar Rp3 triliun yang akan dialokasikan perusahaan justru akan lebih berguna jika digunakan untuk ekspansi usaha.

"Ekspansi usaha sangat penting, karena Telkom seharusnya secepat-cepatnya melakukan transformasi bisnis dengan tidak lagi mengandalkan layanan suara dan SMS, tetapi sudah harus memperbesar pendapatan dari layanan data, internet dan multimedia. Ini yang mendesak dilakukan agar mampu meningkatkan pertumbuhan kinerja keuangan," ujarnya.

Ia menambahkan, ekspansi layanan data didorong dengan memperbesar kapasitas jaringan serat optik di tengah persaingan antar operator telekomunikasi yang kian ketat.

Meski begitu, Edwin tidak merekomendasikan Telkom ekspansi ke luar negeri seperti yang direncanakan perseroan akan masuk ke Kamboja.

"Mengapa harus ke luar negeri, di dalam negeri saja mereka (Telkom) belum mengeksploitasi pasar. Ekspansi ke Kamboja sangat spekulatif, sehingga sebaiknya fokus di dalam negeri saja dulu," ujarnya.

Terkait harga saham Telkom yang saat ini diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada kisaran Rp8.500 per lembar, Edwin menuturkan sangat tergantung pada hasil laporan keuangan kuartal I.

"Kalau kondisinya masih sama dengan kuartal IV 2010, maka kemungkinan saya rekomendasikan saham Telkom pada posisi `sell` (jual)," ujarnya.

(R017/M012/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011