Pasar global dilanda aksi jual minggu lalu setelah guncangan Omicron, dan meskipun kami sedikit bangkit hari ini, pasar akan gelisah sampai ada kejelasan lebih lanjut
Sydney (ANTARA) - Saham-saham Australia ditutup lebih rendah pada perdagangan Senin, memperpanjang kerugian untuk sesi kedua berturut-turut, tertekan oleh kekhawatiran COVID-19 setelah negara itu melaporkan kasus pertama varian Virus Corona Omicron selama akhir pekan.

Indeks acuan S&P/ASX 200 di Bursa Efek Australia merosot 0,54 persen atau 39,50 poin menjadi menetap di 7.239,80 poin, setelah turun lebih dari satu persen pada awal perdagangan ke level terendah dalam hampir dua bulan.

Australia mengkonfirmasi dua kasus varian baru Omicron pada Minggu (28/11/2021), menempatkan rencana pembukaan kembali negara itu dalam bahaya.

Omicron, yang dijuluki "varian yang menjadi perhatian" oleh Organisasi Kesehatan Dunia, berpotensi lebih menular daripada varian sebelumnya. Para ahli belum tahu apakah itu akan menyebabkan COVID-19 yang lebih atau kurang parah dibandingkan dengan jenis lainnya.

"Pasar global dilanda aksi jual minggu lalu setelah guncangan Omicron, dan meskipun kami sedikit bangkit hari ini, pasar akan gelisah sampai ada kejelasan lebih lanjut," kata Direktur Pelaksana Smoling Stockbroking, Brad Smoling.

Sektor pertambangan dan teknologi memimpin pemulihan parsial dari penurunan awal karena harga bijih besi naik dan imbal hasil obligasi menurun, sementara saham keuangan dan perjalanan menanggung beban penjualan.

Baca juga: Saham Australia anjlok ke terendah 2 bulan tertekan varian Omicron

Penurunan imbal hasil obligasi menyeret saham keuangan melemah 1,07 persen ke posisi terendah multi-bulan.

Commonwealth Bank of Australia, pemberi pinjaman terbesar di negara itu, turun 1,1 persen, sementara bank "Empat Besar" lainnya tergelincir antara 0,8 persen hingga 1,7 persen.

Saham sektor perjalanan turun ke posisi terendah beberapa bulan, dengan operator maskapai Qantas Airways mencapai level terlemahnya dalam tiga bulan, sementara situs web perjalanan Flight Center Travel Group dan Webjet anjlok masing-masing 11,3 persen dan 8,4 persen.

Penambang-penambang utama menguat 0,81 persen karena bijih besi berjangka China menguat, dengan BHP Group, Rio Tinto dan Fortescue Metals naik antara 1,0 persen dan 2,4 persen.

Saham-saham teknologi terangkat 0,59 persen karena penurunan tajam dalam imbal hasil obligasi mengurangi biaya pinjaman. Pembuat perangkat lunak TechnologyOne melonjak 3,1 persen, sementara operator jaringan Megaport Ltd meningkat 1,7 persen.

Indeks acuan S&P/NZX 50 Selandia Baru juga merosot 0,77 persen atau 97,23 poin menjadi ditutup di 12.531,66 poin.

Baca juga: Saham Australia ditutup anjlok, varian baru membuat investor bingung

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021