Jakarta (ANTARA News) - Festival Seni Budaya Prancis (Printemps Francais) ke-7 kembali digelar mulai 7 Mei hingga 24 Juli 2011 dengan menampilan 12 jenis acara, demikian dikatakan Duta Besar Prancis untuk Indonesia Philippe Zeller di Jakarta..

"Festival ini bertujuan untuk menunjukkan gabungan kreasi seni kontemporer Prancis dan karya berbagai seniman yang berasal dari latar belakang yang berbeda," kata Dubes Zeller dalam konferensi pers.

Menurutnya hubungan politik dan ekonomi suatu negara harus didukung juga oleh kerja sama kebudayaan.

"Kalau suatu negara ingin punya hubungan politik yang baik kuat dengan negara lain, maka negara tersebut harus dapat mencegah masalah yang mungkin terjadi dalam proses politik, dan caranya adalah mengembangkan kerja sama budaya," ujar Zeller.

Meski negaranya masih mengalami sedikit kesulitan ekonomi akibat krisis keuangan 2008 yang menghantam negara-negara Eropa namun Prancis tetap berkeras untuk memiliki kemitraan dengan Indonesia termasuk di bidang budaya.

"Saya pikir tidak ada negara lain yang memiliki empat pusat kebudayaan seperti Prancis di Indonesia yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta," tambahnya.

Pada awalnya, Dubes Zeller yang sudah berada 2,5 tahun di Indonesia itu berpikir bahwa Prancis memiliki terlalu banyak festival kebudayaan di Indonesia seperti FSBD dan Festival Film Prancis serta ikut dalam Festival Film Eropa.

"Namun akhirnya saya mengerti bahwa semua kegiatan itu diperlukan karena Indonesia dan Prancis merupakan dua negara yang secara geografis terpisah jarak yang jauh dan berasal dari dua warisan kebudayaan yang berbeda sehingga kita harus berupaya agar dapat terus saling mengenal," ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa produk seni Indonesia juga dikenal di Prancis lewat pertunjukkan Opera Jawa karya Garin Nugroho yang dipentaskan pada Maret 2011 dan beberapa karya seni kontemporer Indonesia juga akan dipentaskan di museum Prancis pada bulan depan.

Duta FSBP 2011, artis Christine Hakim yang hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa Indonesia dapat belajar dari Prancis yang dapat mempertahankan kebudayaannya di tengah arus globalisasi.

"Dengan adanya festival ini, kita dapat belajar dari Prancis mengenai ragam seni kontemporernya yang terus berkembang di tengah globalisasi," kata Christine yang sudah bersentuhan dengan kebudayaan Prancis sejak 1982.

Selain itu menurutnya FSBP juga dapat mendorong hubungan antarmasyarakat kedua negara sehingga dapat lebih saling mengenal.

"Dengan banyaknya seniman Prancis yang berkunjung ke Indonesia, maka kita pun dapat memperkenalkan kekayaan budaya kita kepada mereka dan harapannya adalah hubungan antarmasyakat dapat ditingkatkan," ungkapnya.

Pembukaan FSBP menampilkan pameran "Dysfashional" pada 8-15 Mei di Galeri Nasional yang meski bertema mode namun tidak menampilkan busana melainkan representasi visi dari para perancangnya.

"Pameran dalam bentuk instalasi ini menampilkan 14 karya perancang internasional dan juga seniman asal Indonesia seperti Oscar Lawalata, Deden Hendan Durahman, Jay Subyakto dan lainnya," kata Kepala Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) Jakarta, David Turz.

Menurutnya, pameran yang bekerja sama dengan Goethe Institut itu pertama kali ditampilkan di luar Eropa setelah sebelumnya berkeliling di Luxembourg, Laussane, Paris, Berlin dan Moskow dengan dua kurator asal Prancis, Luca Marchetti dan Emanuele Quinz.

Pertunjukkan lain dalam festival itu adalah enam konser musik dimulai dari penyanyi asal Maroko Sophia Charai (10 Mei), Belle du Berry dan David Lewis (19 Mei), resital piano Nicolas Stavy (29 Mei), musik jazz Eric Legnini Trio (10 Juni), pesta musik dari kelompok Merzhin (15 Juni) dan penampilan dua DJ Acid Washed (17 Juni).

Selain itu masih ada tari hip hop Kafig (22 Mei), sirkus kontemporer Chabatz d`Entrar (31 Mei), pameran foto Fashion Story(ies) (9 Juni - 3 Juli), peluncuran buku Sejarah Prancis (14 Juni) serta tur kuliner Prancis (2-24 Juli).

Tempat penyelenggaraan berada di Galeri Nasional, Teater Salihara, ex Plaza, Graha Bakti Budaya, Erasmus Huis, Gedung Kesenian Jakarta, Hotel Le Meridien dan beberapa tempat lainnya.(*)

(T.KR-DLN/S019)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011