Jakarta (ANTARA News) - Selain sakramen "Perjamuan Kudus", perayaan "Jumat Agung" oleh berbagai denominasi (persekutuan Gereja) di Manado, Minahasa dan Bitung, Sulawesi Utara, Jumat, diwarnai pula prosesi "Kisah Penyaliban Yesus".

"Beberapa persekutuan Jemaat Kristiani seperti di kawasan Manado Utara, Minahasa Utara dan Tondano (Minahasa) menggelar prosesi itu, guna mengaktualisasikan keimanannya pada Yesus Sang Juru Selamat Dunia," ujar Pendeta Christian Rawis, Jumat.

Melalui hubungan telepon, Sekretaris Pemuda Gereja Betel Indonesia (GBI) Sulawesi Utara (Sulut) itu mengungkapkan, berdasarkan keyakinan kaum Kristiani (pengikut Kristus), "Prosesi Penyaliban Yesus" sekitar 2000 tahun lalu merupakan jalan menuju keselamatan umat.

"Itulah sebabnya, seluruh denominasi (persekutuan Gerejawi) dengan aneka latar organisasi, semuanya menjadikan `Jumat Agung` hari yang benar-benar mulia, karena Yesus dengan `Jalan Salib`-Nya mendamaikan Allah dengan manusia," katanya.

Sementara itu, Pendeta Faradillah Tiwow dari Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dalam khotbahnya di Jemaat `Immanuel` Tandengan, mengatakan, manusia sesungguhnya sudah tak layak lagi mendapat pengampunan, karena dosa-dosanya.

"Tapi Yesus memberi diri-Nya untuk menjadi `kutuk dosa`, rela dan pasrah menderita menanggung beban yang mestinya dipikul manusia. Karenanya, salib yang semula simbol kutuk dan kehinaan, berubah jadi lambang Kasih-Nya kepada kita," katanya.

Sedangkan Tokoh Pemuda Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM), Tenny Assa menyatakan rasa syukurnya kepada Tuhan, karena perayaan `Jumat Agung` di seluruh Sulut berlangsung aman, bebas dari aksi teror bom.

Namun melalui jaringan komunikasi antar kota, ia mengungkapkan, situasi menjelang `Jumat Agung` hari ini dan Paskah (24-25/4) besok, sempat dikejutkan dengan penemuan `bom racikan` di Kantor Sinode GMIM, Kota Tomohon, Sabtu pekan lalu.

"Namun kami juga bersyukur, `bom` itu gagal meledak. Kami yakin, karena hal itu merupakan dampak langsung dari Kasih Tuhan," sambung Pendeta Faradillah Tiwow secara terpisah.

Sebab, menurutnya, seluruh Pendeta dan Majelis Jemaat GMIM sedang mengikuti program rohani berbentuk `doa puasa` jelang `Jumat Agung`.

Sementara itu, Tenny Assa menambahkan, bom yang diletakkan di ruang depan Kantor Sinode GMIM pada hari Sabtu (16/4) lalu itu berhasil diamankan pihak Satuan Geghana dari Kepolisian Daerah (Polda) Sulut.

"Saya rasa ini hanyalah `psywar`, dan upaya untuk mengganggu kerukunan umat beragama di Sulut yang sangat kokoh," tandasnya.

Tenny Asa berharap, koordinasi seluruh umat dan dukungan aparat keamanan gabungan bisa mengatasi aksi-aksi teror bom, apalagi pihak Menko Polhulkam RI telah menetapkan "siaga satu" menghadapi bahaya terorisme tersebut.(*)
(M036/A041)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011