KIPI paling banyak nonserius seperti mual muntah, mengantuk, nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, lemas, dan lain-lain
Jakarta (ANTARA) - Ketua Komnas KIPI Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A(K) menegaskan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) akibat vaksin COVID-19 paling banyak yang memiliki efek nonserius, yang seluruhnya bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu dirawat.

"Data KIPI COVID-19 di Indonesia sejauh ini aman dari KIPI non-serius, tidak dirawat sembuh sendiri dengan atau tanpa pengobatan," katanya dalam diskusi bertema "Melawan Hoaks tentang COVID-19" yang diikutu secara daring di Jakarta, Selasa.

Ia menyebutkan KIPI paling banyak nonserius seperti mual muntah, mengantuk, nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, lemas, dan lain-lain.

Laporan KIPI paling banyak berasal dari vaksin Sinovac dikarenakan vaksin jenis tersebut yang dominan digunakan oleh Indonesia yakni 150 juta dosis lebih.

Sementara untuk jenis KIPI yang dilaporkan dari vaksin Sinovac, Astrazeneca, Pfizer, Moderna, Sinopharm juga memiliki kesamaan yaitu mual muntah, sakit kepala, lemas, nyeri pada suntikan, dan sebagainya.

"Untuk Pfizer sama mual muntah, pusing, lemas, sakit kepala. Karena memang vaksin itu disuntikan nyeri di tempat suntikan. Demam, mual karena ada benda asing masuk ke seseorang tubuh bereaksi gejalanya hampir serupa," katanya.

Ia juga menyebut KIPI vaksin Moderna yang mencapai 7.904 kejadian, namun angka tersebut dari 3,5 juta dosis yang disuntikan pada masyarakat.

"Memang banyak, tapi lebih banyak lagi yang tidak lapor atau memang tidak ada gejala. Gejalanya itu sakit kepala, nyeri otot, bengkak, mual muntah," demikian Hinky Hindra Irawan Satari .

Baca juga: Komnas KIPI pastikan pelayanan aduan ditangani secara khusus

Baca juga: Peserta vaksinasi COVID-19 demam usai terima AstraZeneca CTMAV 544

Baca juga: Komnas KIPI tangani 229 laporan KIPI serius Sinovac dan AstraZeneca

Baca juga: Komnas KIPI: Tingkatkan kekebalan tubuh cegah COVID-19 gelombang 3

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021