Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pekan ini meluncurkan program LITTLe Ku dan I-POINTS yang merupakan sistem pelaporan online mengenai imunisasi bagi para dokter anak dan dokter umum di seluruh Indonesia. 

Dua program ini bertujuan untuk mendorong cakupan imunisasi rutin anak yang menurun terutama selama masa pandemi.

“Sepanjang bulan Oktober hingga November tahun ini sudah ada data peningkatan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti Difteri, Campak, Rubella di masing-masing propinsi di Indonesia," ujar Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dalam keterangannya, Rabu.

Adapun kepanjangan dari LITTLe Ku adalah Lengkapi Imunisasi Terlambat/Tidak lengkap Anakku. Sementara I-POINTS merupakan kepanjangan dari IDAI Pediatric Online Immunization Reporting System.

"Melalui program LITTLe Ku ini, kami menghimbau agar para tenaga kesehatan yang menangani imunisasi di wilayahnya masing-masing dapat mengedukasi masyarakat untuk melakukan Imunisasi Kejar untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berpotensi menjadi wabah di daerahnya akibat menurunnya cakupan imunisasi," jelas Piprim.

Piprim mengatakan apabila cakupan imunisasi dasar menurun dibawah 60 persen, maka potensi untuk membuat penyakit-penyakit menular itu kembali muncul sangat tinggi.

"Kami berharap dukungan semua pihak agar program ini berjalan dengan sesegera mungkin dan dengan baik supaya tidak terjadi peningkatan kasus penyakit menular pada anak-anak,” kata Piprim.

Dalam kesempatan ini, IDAI juga akan mengeluarkan panduan Imunisasi Kejar agar semua pihak bisa paham bagaimana mengejar imunisasi yang tertinggal.

Selain itu, IDAI juga akan memiliki hotline IDAI khusus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari tenaga kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Anak) mengenai imunisasi dasar, Kejar, dan Covid.

“Dari kacamata regional, saya bangga sekali dengan program LITTLe Ku dan I-POINT yang dilakukan oleh IDAI ini. Hal ini sejalan dengan agenda Implementing immunization 2030 dari WHO. No One Left Behind," ujar Executive Director International Pediatric Association (IPA), Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, (K), FAAP, FRCPI (Hon.).

Aman mengatakan pihaknya ingin agar imunisasi rutin ini menjadi prioritas untuk seluruh anak di dunia, sehingga vaksinasi COVID-19 bisa diberikan kemudian.

"Kita harus menghindari wabah-wabah penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, terutama karena sekolah di sejumlah negara sudah mulai melakukan Pertemuan Tatap Muka,” jelas Aman.

Aman yang juga menjabat sebagai Presiden Asia Pacific Pediatric Association (APPA) ini juga menjelaskan bahwa ada empat elemen penting dalam pelaksanaan strategi global untuk Catch-Up Immunization atau Imunisasi Kejar.

Yang pertama adalah regional strategy and operational planning, mekanisme untuk memastikan ownership dan akuntabilitas, monitoring dan evaluasi, dan communication and advocacy untuk mencapai tujuan ini.

Pelaksanaannya diantaranya adalah dengan meningkatkan kemampuan advokasi bukan hanya untuk dokter anak saja tetapi juga seluruh tenaga kesehatan untuk membantu mempromosikan pentingnya imunisasi rutin guna meningkatkan cakupan dan menghindari wabah.

Baca juga: Dinkes DKI minta masyarakat lengkapi imunisasi dasar anak

Baca juga: Lengkapi imunisasi anak demi hindari penyakit yang bisa dicegah vaksin

Baca juga: IPA minta imunisasi rutin anak didahulukan sebelum vaksinasi COVID-19

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021