Para anggota parlemen partai Buruh tidak akan sendiri dalam memikirkan keanehan kedua mantan penghuni (Downing Street) Nomor 10 tidak diundang ke perkawainan itu
London (ANTARA News) - Daftar tamu bagi perkawinan kerajaan Inggris telah memicu kontroversi setelah raja dan pengeran dari negara-negara dengan catatan hak asasi manusia buruk diundang, tapi dua mantan perdana menteri Inggris malah tidak diundang.

Kelompok-kelompok HAM mengkritik Pangeran William dan Kate Middleton karena mengundang pangeran asing dari Bahrain, Swaziland dan negara lain tempat pemerintah telah menindas dengan keras aksi protes pro-demokrasi dalam beberapa pekan belakangan ini.

Surat kabar-surat kabar Inggris menunjukkan mantan perdana menteri Tony Blair dan Gordon Brown tak terdapat dalam daftar yang dikeluarkan akhir pekan itu, sementara bekan pemimpin Konservatif Margaret Thatcher dan John Mayor diundang.

"Para anggota parlemen partai Buruh tidak akan sendiri dalam memikirkan keanehan kedua mantan penghuni (Downing Street) Nomor 10 tidak diundang ke perkawainan itu," Sunday Telegraph berkomentar.

Beberapa pejabat kerajaan mengatakan Blair, yang berkuasa pada 1997-2007, dan Brown, yang adalah perdana menteri 2007-2010, tidak diundang karena tidak seperti Mayor dan Thatcher, mereka bukan penerima Knights of the Garter, penghargaan tertinggi Inggris.

Istana St James, kantor William, mengatakan pernikahan itu "bukan kesempatan kenegaraan, jadi tidak ada alasan mengapa mereka (Blair dan Brown) harus diundang", Sunday Telegraph melaporkan.

Mayor -- perdana menteri Inggris 1990-1997 dan bertindak sebagai pelindung bagi Pangeran William dan Harry setelah kematian ibu mereka Diana -- akan hadir, tapi Thatcher, yang dijuluki "Wanita Besi" yang berkuasa pada 1979-1990, menolak hadir dengan alasan kesehatan.

Sedikit kontroversial, mereka yang akan hadir pada perkawinan Jumat di Westminster Abbey itu termasuk pemain bola David Beckham dan isterinya yang perancang busana Victoria, pemusik Elton John dan aktor "Mr Bean" Rowan Atkinson.

Tapi ada kejutan ketika para pejabat kerajaan mengumumkan bahwa Putera Mahkota Salman dari Bahrain juga akan hadir. Laporan sebelumnya mengatakan penguasa negara Teluk itu tidak akan hadir untuk menghindari keadaan memalukan setelah tindakan keras berdarah terhadap demonstran di sana yang menyebabkan sedikitnya 24 orang tewas.

Kampanye Republik anti-monarki mengkritik dimasukkannya (dalam daftar) raja tidak hanya dari Bahrain, tapi juga Arab Saudi, Oman, Brunei, Qatar, Swaziland, Lesotho, Bhutan dan Kuwait.

"Daftar tamu itu terbaca seperti `apa dan siapa` para tiran dan kroni mereka," kata pemimpin Republik Graham Smith.

Apa yang terjadi dengan yang diduga perasaan sosial yang kuat dari William?. Ia harus menerima tanggung jawab pribadi dalam hal ini dan meninjau kembali undangan itu dengan segera.

Pengkampanye hak-hak gay Peter Tatchell mengatakan undangan pada "penguasa kejam kerajaan" dari Bahrain, Swaziland dan Arab Saudi merupakan "kesalahan penilaian yang sangat besar".

Istana St James mengatakan mereka telah minta nasehat dari kementerian luar negeri Inggris mengenai para tamu dari luar negeri.

"Undangan itu disampaikan dari Ratu mengikuti tradisi yang lama dipegang untuk mengundang putera mahkota negara lain, kami telah menerima nasehat dari Kemlu mengenai pemasukan mereka terus dalam daftar itu," kata seorang juru bicara.

Demonstran Swaziland telah merencanakan untuk berdemonstrasi di luar hotel Dorchester di London, Rabu, tempat raja negara itu Mswati III akan menginap, surat kabar Mail dan Guardian Afrika Selatan melaporkan.

Tapi Uskup Canterbury Rowan Williams, pemimpin Anglikan sedunia dan yang akan menikahkan William dan Kate, mengatakan pada kotbah Paskahnya bahwa perkawinan itu merupakan alasan "perayaan bersama".

Lima hari sebelum perkawinan itu, Ratu Elizabeth II dan banyak pangeran senior lainnya merayakan Paskah di Kastil Windsor, dekat London, meskipun William dan Kate tidak hadir.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011