Chicago (ANTARA) - Emas berbalik menguat dari kerugian dua hari sebelumnya pada akhir perdagangan, Rabu (Kamis pagi WIB), didorong oleh melemahnya dolar dan investor menggunakan kemunduran di sesi sebelumnya untuk membeli emas sebagai lindung nilai terhadap volatilitas pasar yang lebih luas di tengah kekhawatiran atas dampak varian baru virus corona Omicron.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 7,8 dolar AS atau 0,44 persen, menjadi ditutup pada 1.784,30 dolar AS per ounce. Di pasar spot, emas naik 0,40 persen menjadi diperdagangkan di 1.780,05 dolar AS per ounce pada pukul 19.33 GMT.

Sehari sebelumnya, Selasa (30/11/2021), emas berjangka jatuh 8,7 dolar AS atau 0,49 persen menjadi 1.776,50 dolar AS, setelah turun 2,90 dolar AS atau 0,16 persen menjadi 1.785,20 dolar AS pada Senin (29/11/2021), dan menguat 1,2 dolar AS atau 0,07 persen menjadi 1.785,50 dolar AS pada Jumat (26/11/2021).

Emas jatuh pada Selasa (30/11/2021) setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa Bank Sentral akan membahas apakah akan mengakhiri pembelian obligasi lebih awal dari yang diperkirakan dalam pertemuan Desember.

Baca juga: Harga emas naik tipis di sesi Asia usai komentar "hawkish" ketua Fed

Baca juga: Emas jatuh 8,7 dolar setelah Powell berikan pernyataan "hawkish"


Kekhawatiran atas varian baru virus juga mendukung emas karena pembatasan baru akan memperlambat ekonomi global, dengan dolar yang lebih lemah meningkatkan permintaan untuk logam safe-haven, kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.

Kenaikan emas datang bersamaan dengan rebound tajam dalam ekuitas, bahkan ketika AS memberlakukan aturan pengujian COVID-19 yang lebih ketat bagi para pengguna pesawat terbang, sementara lebih banyak negara memperketat perbatasan mereka.

Namun, Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, mengatakan, "Emas sedang berjuang untuk momentum di kedua arah yang sedikit aneh mengingat imbal hasil masih rendah dan dolar melemah."

"Pasar berombak dengan kecemasan yang mendasarinya untuk harus lebih mendukung harga emas, tetapi ketidakmampuannya untuk menyeret dirinya kembali di atas 1.800 dolar AS, bukanlah pertanda bagus."

Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dan ketidakseimbangan penawaran-permintaan siap bertahan dalam waktu dekat, pembuat kebijakan harus siap untuk menanggapi kemungkinan bahwa inflasi tidak surut pada paruh kedua tahun depan seperti yang diperkirakan.

Beberapa investor memandang emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi, tetapi pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, meningkatkan peluang kerugian memegang emas tanpa bunga.

Di sisi lain, data ekonomi yang dirilis, pada Rabu (1/12/2021), beragam. Automatic Data Processing Inc. melaporkan bahwa 534.000 pekerjaan diciptakan di sektor swasta pada November, lebih baik dari rata-rata perkiraan 506.000 tetapi turun dari 570.000 pada Oktober.

Indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) yang berbasis di AS naik menjadi 61,1 persen pada November dari 60,8 persen pada Oktober.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 47,6 sen atau 2,09 persen, menjadi ditutup pada 22,339 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 7,9 dolar AS atau 0,85 persen, menjadi ditutup pada 935,20 dolar AS per ounce.*

Baca juga: Emas menguat setelah peringatan CEO Moderna guncang sentimen risiko

Baca juga: Emas melemah karena sentimen risiko pulih setelah terpukul Omicorn

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021