Jakarta (ANTARA) - Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan, dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS menekankan pentingnya jejaring pengampuan layanan kanker di berbagai rumah sakit demi bisa memberikan pelayanan rujukan kanker yang lebih baik.

"Jejaring pengampuan layanan kanker ini tidak hanya melalui telekonsultasi tetapi nanti juga akan ada pendampingan, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pelatihan atau pendidikan berkelanjutan," ujar dia dalam media briefing secara virtual terkait pelatihan pertama telementoring Project Extension for Community Health Outcomes (ECHO), Kamis.

Kementerian Kesehatan sudah memetakan kompetensi-kompetensi rumah sakit dalam penanganan kanker kemudian rumah sakit-rumah sakit yang berada di kompetensi yang belum memadai akan dilakukan pengampuan oleh rumah sakit dengan kompetensi lebih tinggi. Tujuannya supaya rumah sakit bisa memberikan pelayanan rujukan kanker yang lebih baik.

Siti mengatakan, Kementerian Kesehatan mendukung program telementoring melalui Project Extension for Community Health Outcomes (ECHO) dari Pusat Kanker Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais bersama perusahaan perintis di bidang farmasi dan diagnostik yang bertujuan mengurangi kesenjangan dan keterbatasan dalam menyediakan pelayanan pasien kanker di Indonesia yang masih belum merata.

Melalui program ini, tenaga ahli di rumah sakit pengampu dapat memberikan pendampingan kepada tenaga ahli lainnya di rumah sakit di berbagai wilayah yang diampu (spoke) secara merata.

Baca juga: Layanan PET CT untuk pasien kanker

Kini, Rumah Sakit Kanker Dharmais telah melakukan program telementoring ECHO untuk penanganan pasien kanker ke berbagai rumah sakit di Indonesia termasuk Kalimantan Timur, Bali, Manado dan Bandung.

"Ini sejalan dengan transformasi Kementerian Kesehatan. Saat ini kami sedang melakukan transformasi sistem kesehatan untuk melakukan pecepatan penanganan masalah-masalah kesehatan di Indonesia," kata Siti.

Kanker, menurut dia, menjadi salah masalah kesehatan yang menjadi perhatian karena prevalensi kasusnya tinggi, begitu juga dengan kebutuhan biaya dan angka kematiannya yang juga tinggi.

"Sangat berharap ini bisa berjalan lancar karena bisa memperpendek jarak, efisien dan komunikasi bisa dilakukan kapan saja, paling tidak seminggu sekali kita jadikan sebagai kegiatan rutin, saling membantu sehingga teman-teman di rumah sakit bisa saling belajar," tutur Siti.

Presiden Direktur Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS berpendapat, pelayanan kanker tidak hanya di kota-kota besar saja tetapi harus menjangkau sampai ke daerah-daerah. Untuk itu menurut dia, perlu ada penguatan pelayanan kanker secara komprehensif sehingga pasien di daerah tidak harus dirujuk ke Jakarta.

Hadirnya Project ECHO yang sebelumnya sudah dilakukan di beberapa negara, menurut dia, cocok sebagai penguat jejaring.

Selain itu, program ini memungkinkan pertukaran pengetahuan antar pakar di rumah sakit-rumah sakit sehingga rumah sakit di daerah maupun pusat bisa sama-sama belajar masalah termasuk tantangan saat menghadapi satu kasus pasien atau beberapa kasus, baik dari sisi pasien sendiri ataupun lainnya seperti ekonomi dan sebagainya.

"Pasien bisa secara komprehensif mendapatkan tata laksana yang lebih baik lagi. Harapannya, penanganan kanker komprehensif bisa lebih baik lagi dan dipercepat prosesnya sehingga kita tidak berlama-lama lagi bisa menyediakan layanan kanker komprehensif di seluruh Indonesia," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Presiden Direktur PT Roche Indonesia, dr. Ait-Allah Mejri mengatakan, ECHO merupakan proyek global perusahaannya yang mencakup Indonesia. Dia mengatakan, program yang menjadi komitmen jangka panjang Roche ini bisa dikembangkan dan diadopsi lebih luas lagi.

Baca juga: Pemerintah targetkan layanan kanker lebih merata di Indonesia

Baca juga: Kanker prostat awalnya tak bergejala

Baca juga: Layanan pendeteksi dini kanker "Molecular diagnostic" telah tersedia di Indonesia

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021