Jakarta (ANTARA) - Denny Wirawan mengaku sempat merasa kewalahan saat mencampurkan ragam motif batik khas Kudus pada pagelaran busana Niti Senja.

"Itu adalah konsepnya penggabungan dari beberapa motif. Motifnya yang memang sangat ciri khas Kudus ya. Semua motif kita gabungkan jadi pembatiknya dalam menggelar satu kain kosong itu pegang beberapa cap motif," kata Denny Wirawan saat dijumpai di Jakarta, Kamis.

"Penggabungan dari bermacam-macam motif dalam satu lembar kain itu menjadi tantangan tersendiri untuk saya. Ternyata waktu saya mengerjakan ini, itu pusing juga lho ngaturnya. Jadi bikin sendiri, pusing sendiri," sambungnya.

Baca juga: "Wedari" tampilkan kekayaan ragam motif langka batik Kudus

Lebih lanjut Denny menjelaskan bahwa sebelum mencampurkan motif-motif tersebut, dia beserta timnya pun telah mengevaluasi motif batik seperti apa yang akan dibubuhkan dalam busana terbarunya itu.

"Kita sudah mengevaluasi batik khas motif Kudus itu seperti apa. Itu adalah hasil kreatifitas dari pengrajin-pengrajin di Kudus sendiri. Dan di sini saya tidak sendiri tapi juga bersama tim untuk membuat motif-motif ini," ungkap Denny.

"Mencoba untuk mengarahkan kepada para pembatik untuk membuat motif yang lebih kekinian yang bisa diterima bukan cuma di lokal daerah kudus tapi sampai ke bidang nasional bahkan internasional ya," lanjutnya.

Selain itu, Denny juga menjelaskan bahwa membuat banyak campuran motif batik dalam satu kain bukanlah hal yang mudah. Sebab, perlu perhitungan yang tepat agar motif tersebut bisa pas dengan kain.

"Batik cap juga nggak semudah yang dibayangkan ternyata. Pada saat mengeksekusi menjadi satu kain ternyata cukup PR. Mengatur dalam satu lembar kain dengan banyak motif itu ternyata pakai hitung-hitungan matematika juga lho supaya pas gitu dalam satu kain ada berapa motif," katanya.

Meskipun demikian, Denny pun mengatakan bahwa dia tetap menikmati hal tersebut. Tantangan yang dirasakannya pun membuatnya tak jenuh dalam membuat karya dengan batik Kudus.

"Dengan adanya hal-hal seperti itu saya terlupakan kejenuhannya. Tantangannya di situ ternyata. Itu baru mikir motif. Belum waktu jadi kainnya, waktu mau dipotong jadi baju, mumet lagi gitu. Saya sampai ketawa sendiri sama asisten saya di kantor, ya ampun saya yang bikin saya yang pusing gitu," tutupnya.

Baca juga: Denny Wirawan tampilkan 44 busana dalam gelaran "Niti Senja"

Baca juga: Denny Wirawan berdayakan masyarakat Lombok lewat koleksi "Pringgasela"

Baca juga: Denny Wirawan persembahkan koleksi baru "Pringgasela"


Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021