Jakarta (ANTARA) - Setiap orang punya kenangan manis yang menjadi momen tak terlupakan dalam hidup, pun demikian dengan lifter putri andalan Indonesia Windy Cantika Aisah yang hari ini tengah mengenang kesuksesannya menyabet medali emas pertama dalam gelaran SEA Games 2019 di Filipina.

Dalam akun Instagram, Windy mengunggah foto dan video ketika ia mengibarkan bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya berkumandang di Ninoy Aquino Stadium, Manila, pada 2 Desember 2019.

Bagi Windy, pencapaian ini menjadi luar biasa karena kala itu ia tampil dengan status debutan. Selain itu, usianya pun masih 17 tahun. Namun, dia mampu membuktikan diri dengan mengalahkan atlet terbaik dari negara-negara Asia Tenggara yang notabene lebih senior di kelas 49kg putri.

Windy mencatatkan total angkatan 190kg dengan snatch 86kg dan clean and jerk 104kg. Dia mengalahkan Pyae Pyae Phyo dari Myanmar dengan total angkatan 180kg dan Ngo Thi Quyen asal Vietnam dengan 172kg.

"Kenangan yang tak terlupakan," kata Windy dalam unggahan Instagramnya, Kamis. 
 

Wajar bila Windy memiliki kesan mendalam atas kesuksesannya pada SEA Games 2019. Sebab, keberhasilan lifter kelahiran Bandung, 11 Juni 2002 itu menjadi titik awal sekaligus yang memotivasinya dalam meraih prestasi lain di level senior, termasuk puncaknya dalam pesta olahraga terbesar di Indonesia, yakni Olimpiade Tokyo 2020 yang bergulir di Tokyo International Forum pada 24 Juli-4 Agustus 2021.

Masih teringat jelas, usai meraih emas SEA Games 2019, Windy mengatakan target selanjutnya adalah Olimpiade Tokyo. Saat itu, dia masih harus berjuang untuk mendapatkan tiket menuju pesta olahraga empat tahunan tersebut.

Berkat kegigihan dan tekad yang kuat, impian putri dari mantan lifter nasional Siti Aisyah itu pun terwujud dengan mempersembahkan medali perunggu dalam debutnya di Olimpiade Tokyo 2020.

Bahkan waktu itu, Windy menjadi pembuka jalan kontingen Indonesia dengan menjadi peraih medali pertama usai mencatatkan nomor 49kg putri dengan total angkatan 194kg (84kg snatch dan 119 clean and jerk).

Baca juga: Windy Cantika sumbang medali pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo 

Sedangkan medali emas diraih Hou Zhihui dari China dengan total angkatan 202kg (94kg snatch dan 166kg clean and jerk). Adapun perak menjadi milik lifter India Saikhom Mirabai Chanu setelah membukukan total angkatan 202kg (87kg snatch dan 115 clean and jerk).

Hasil ini tentu saja tak semata diraih dengan mudah. Windy telah melewati perjalanan panjang hingga akhirnya bisa menjadi lifter andalan Indonesia di pentas internasional.

Pelatih Dirja Wihardja pun mengatakan karier Windy masih panjang. "Kami sangat bangga dengan Windy Cantika. Dia adalah generasi baru angkat besi Indonesia yang masih berusia 19 tahun dan sudah memberikan yang terbaik," kata Dirja selepas Windy mempersembahkan medali pertama untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo.

Lebih dari itu, keberhasilan Windy Cantika di Tokyo juga melanjutkan tradisi medali angkat besi putri Indonesia di Olimpiade yang telah berlangsung selama 21 tahun. Ya, Windy telah meneruskan tongkat estafet dari Raema Lisa Rumbewas, Sri Indriyani dan Winarni di Olimpiade Sydney 2000.

Kemudian Raema Lisa Rumbewas di Olimpiade Athena 2004 dan Beijing 2008, Citra Febrianti pada gelaran Olimpiade London 2012 dan Sri Wahyuni Agustiani pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Windy pun kini terus menerpa diri untuk memberikan prestasi dalam ajang-ajang berikutnya. Mulai tahun depan, akan banyak ajang besar yang bergulir, termasuk SEA Games Hanoi, Vietnam dan Asian Games Hangzhou, China.

Setelah itu, target besar ada pada Olimpiade Paris 2024. Windy bakal menjadi andalan dan diharapkan prestasinya pun meningkat dalam pesta empat tahunan terbesar di dunia tersebut. 

Baca juga: Kenangan Windy Aisah sering ganggu ibunda saat latihan 

Persaingan ketat

Persiapan Windy harus benar-benar matang. Sebab, persaingan di kelas 49kg putri begitu ketat. Berdasarkan peringkat dunia IWF, Windy Cantika masih berada di posisi kelima dengan hasil Olimpiade Tokyo menjadi angkatan terbaiknya.

Dalam ajang yang terakhir diikutinya, yakni Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua beberapa waktu lalu, Windy memang meraih medali emas untuk Jawa Barat. Namun, total angkatannya 192kg atau di bawah hasil dari Olimpiade Tokyo.

Sedangkan pesaing Windy, seperti dua lifter asal China Zhihui Hou dan Huaihua Jiang sejauh ini masih memegang total angkatan terbaik dengan masing-masing 213kg dan 207kg, yang dicatatkan saat tampil dalam Kejuaraan Angkat Besi Asia 2020 di Tashkent, Uzbekistan pada 16-15 April 2021.

Kemudian ada nama Chanu Saikhom Mirabai dari India yang menempati urutan ketiga dengan total angkatan terbaiknya, 250kg, yang juga dicatatkan saat tampil di Kejuaraan Angkat Besi Asia 2020. 

Lalu posisi keempat adalah Jourdan Elizabeth Delacruz asal Amerika Serikat yang memiliki total angkatan 200kg saat tampil di Pan-American Championships 2020 di Santo Domingo, Republik Dominika pada 19–24 April 2021.

Dengan demikian, Windy harus berjuang keras untuk bisa terus meningkatkan angkatannya sehingga dapat mempertahankan atau bahkan melebihi pencapaiannya pada Olimpiade Paris 2024 nanti. Sebagai olahraga terukur, Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB Pabsi) juga harus menyiapkan strategi untuk menjaga tradisi medali cabang yang menjadi andalan Merah Putih tersebut.

Semoga Windy bisa kembali menorehkan prestasi-prestasi membanggakan untuk Indonesia. 

Baca juga: Lifter Windy Cantika sumbang emas untuk kontingen Jabar di PON Papua 
Baca juga: Windy Cantika Aisah dan harapan di PON XX 

 

Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021