Pemerhati Budaya Sulsel, Ali Samad, di Makassar, Kamis, mengatakan, pemikiran untuk membuat film dengan tokoh Sawerigading ini merupakan wujud kepedulian mereka terhadap budaya Sulawesi Selatan yang sangat besar namun mulai memudar di kalangan masyarakat dewasa ini.
"Sastra I La Galigo sudah dipertontonkan dalam bentuk opera di Makassar beberapa waktu lalu, dan gagasan untuk membentuk film ini merupakan kelanjutannya dengan lebih memfokuskan pada kisah tokoh dalam sastra I La Galigo," ujarnya.
Menurut dia, selama ini pertunjukan besar mengenai budaya tanah air, khususnya yang berasal dari Sulsel lebih banyak ditampilkan oleh orang-orang dari luar negeri.
Karena itulah, rencana pembuatan film Sawerigading ini merupakan gagasan dari putra daerah Sulsel sendiri.
Rencana untuk membentuk film bertajuk kisah Sawerigading ini juga didasarkan atas realitas di mana masyarakat akan lebih mudah menerima pesan-pesan moral melalui pertunjukan visual.
"Untuk merealisasikan gagasan ini, kami berencana tidak hanya melibatkan budayawan dari Sulsel, melainkan juga beberapa budayawan nasional, sebagai bentuk bahwa budaya lokal menjadi dasar bagi perkembangan budaya nasional," tuturnya.
Sama seperti naskah dalam I La Galigo, film ini juga akan bercerita mengenai kehidupan Sawerigading, seperti pernikahan Sawerigading, upacara injak tanah Sawerigading, Sawerigading naik ke langit, Sawerigading menjelajahi kerajaan pamannya, berkabung di Tompo Tikka, berlabuh di Wadeng, hingga berlayar ke Maloku.
Ia mengatakan, banyak kisah Sawerigading yang dapat menjadi pedoman masyarakat Sulsel dalam menjalani kehidupan, khususnya dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat seperti saat ini.
"Karena itulah, sebagai pemerhati budaya, saya sangat mengharapkan agar banyak budayawan di Sulsel yang bisa ikut terlibat dalam realisasi gagasan ini dan memberikan nilai tersendiri bagi perkembangan budaya di Sulsel," ujarnya.(*)
(T.KR-AAT/H-KWR)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011