Jambi (ANTARA News)- Budayawan Kerinci, Iskandar Zakaria mengatakan berkali-kali didatangi kolektor benda antik guna menawar koleksi-koleksi di museum sederhananya.

"Kolektor itu ke rumah di Kota Sungaipenuh dan  menawar dengan harga Rp25 miliar untuk satu jenis gerabah, belum termasuk jenis barang koleksi lainnya, " ungkap Iskandar Zakaria, di Jambi Jumat.

Para kolektor itu, di antaranya merupakan utusan resmi lembaga tertentu, baik swasta maupun pemerintah dari suatu negeri. Paling  adalah kolektor pribadi dan makelar pemburu barang antik untuk dijual.

Iskandar mangaku masih sanggup bertahan untuk tidak tergiur oleh harga-harga fantastis yang ditawarkan para kolektor tersebut.

Alasan penerima Anugerah Bintang Mahakarya dari Presiden RI 2008 itu, karena dedikasinya di bidang kebudayaan hanya satu yakni barang-barang koleksinya adalah aset atau khasanah budaya.

Aset itu menjadi sejarah perkembangan peradaban manusia di Kerinci dari zaman ke zaman yang harus dilestarikan dijaga untuk diketahui generasi dan dunia luas.

"Bagi kita selaku budayawan, benda-benda antik mulai dari kapak batu, gerabah, keramik, senjata dan naskah adalah aset dan khasanah bagi masyarakat Kerinci, "ujarnya.

Iskandar mengatakan selama 40 tahun lebih separuh usianya telah mengumpulkan dan merawat barang-barang tersebut dilakukannya secara swadaya tanpa ada keterlibatan bantuan dari pihak manapun.

Para kolektor yang hingga kini membujuk rayu dirinya itu tidak saja datang dari dalam negeri bahkan banyak dari Malaysia, Singapura, China, Belanda, Australia dan Amerika.

Saat ini, menurut Iskandar yang juga seniman dengan karya monumentalnya Al-Qur;an terpanjang di dunia dan tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI), sedikitnya tersimpan 500 koleksi dimuseum mini sederhana di rumahnya di Desa Sungai Ning Kota Sungaipenuh.

"Koleksi saya itu adalah benda-benda temuan atau hasil galian tidak sengaja oleh masyarakat Kerinci, sama sekali saya tidak mengambil dari Sko (benda-benda pusaka masyarakat) yang disimpan di `Umah Gdang` atau `Umah Sko` yang merupakan rumah adat dan museum Sko masyarakat, "terangnya.

Diantara benda-benda koleksi museum pribadinya tersebut terdiri dari berbagai jenis, yakni benda-benda artefak perkakas seperti kapak batu genggam, beliung logam, patung batu budha, gerabah dan keramik, senjata tradisional seperti keris, parang dan kujur (tombak atau lembing), dan naskah kuno.

Kesemua benda tersebut, kata dia, mewakili setiap zaman yang telah terjadi dalam peradaban Kerinci mulai dari zaman prasejarah atau zaman purba hingga masuknya era sejarah atau awal era modern.

"Dari benda koleksi saya kita jadi mengetahui ternyata manusia telah ada atau menghuni daratan Kerinci semenjak lebih dari 5000 tahun sebelum masehi, jauh sebelum era Proto-Melayu (Melayu Tua), " katanya.

Hal itu semakin diperkuat karena pernah pada 2007 masyarakat secara tidak sengaja menemukan sebentuk gigi geraham sepanjang satu jengkal, namun benda tersebut kembali dikuburkan ke dalam tanah oleh yang bersangkutan karena ketidak tahuan dan penemu ketakutan.

"Namun, sayangnya hingga kini tidak pernah ada penggalian arkeologi resmi yang dilakukan lembaga pemerintah untuk membuktikannya, " kata Iskandar.
(KR-BS/K005)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011