Penajam Paser Utara, Kaltim (ANTARA) - Program Budidaya Lalat Hitam atau Bulatih dari PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim, dinilai akan memberikan kontribusi bagi pemerintah dalam menyiapkan ibu kota baru Indonesia yang ramah lingkungan.

Inovasi pengelolaan sampah yang diikutsertakan dalam ajang Proper 2021 ini diharapkan pula dapat menjadi opsi atau pilihan bagi pemerintah setempat dalam pengelolaan sampah dan lingkungan di wilayah bakal ibu kota negara ini.

"Kami sangat mengapresiasi dan mendukung Program Bulatih ini karena sejalan dengan target Pemkab PPU dalam menangani sampah organik di masyarakat," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Penajam Paser Utara Tita Deritayati kepada pers di Pondok Pesantren Hidayatullah Girimukti di Penajam Paser Utara, Minggu.

Program Bulatih merupakan program pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sampah organik melalui budidaya lalat BSF (Black Soldier Fly) yang hasilnya digunakan sebagai alternatif pakan ternak. Program Bulatih mengajarkan masyarakat manfaat yang diperoleh dari sampah organik, terutama nilai ekonominya jika dilakukan dengan metode yang tepat.

Tita mengatakan Program Bulatih juga sebagai upaya mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat bahwa sampah tidak cuma untuk dibuang di tempat pembuangan, tetapi juga bisa memberi manfaat sosial dan ekonomi.

"Menyelesaikan masalah sampah juga termasuk mengubah perilaku dan pola berfikir, bagaimana cara dimanfaatkannya, yang merupakan tugas dari Dinas Lingkungan Hidup untuk bersinergi dengan sekolah dan masyarakat dengan harapan program ini berkelanjutan dalam upaya memaksimalkan sampah organik,” ujar Tita.

Baca juga: Budidaya maggot di NTB terkendala pasokan sampah

Ia mengungkapkan rencana ke depan untuk mendirikan Sentra Edukasi Pengelolaan Sampah Organik di TPS3R Kabupaten PPU, memfasilitasi perluasan jaringan pemasaran produk maggot, melakukan pengembangan produk daur ulang sampah, memberikan literasi kurikulum muatan lokal pemanfaatan sampah organik dan budi daya lalat hitam, dan penguatan unit usaha kelompok.

"Kami akan gencarkan edukasi dan membuat pusat percontohan Bulatih. Diharapkan badan usaha juga ikut memberikan dukungan mengingat anggaran pemerintah yang masih terbatas," katanya.

Superintendent Terminal Lawe-Lawe Pertamina Bagus Wahyuntoro dalam kesempatan tersebut mengatakan Program Bulatih pertama kali diimplementasikan di lingkungan Terminal PHKT Lawe-Lawe pada pertengahan tahun 2019, dengan inisiatif dari internal dan eksternal PHKT. Awalnya dimulai dengan memanfaatkan sampah organik sisa makanan katering dari dapur Terminal Lawe-Lawe.

Program Bulatih merupakan bentuk sinergi PHKT dan pemangku kepentingan di Terminal Lawe-Lawe dipilih sebagai upaya menuju Zero Domestic Waste dengan menggunakan BSF yang akan mendatangkan manfaat masyarakat terutama di Kabupaten PPU dan di sekitar daerah operasi Terminal Lawe-Lawe.

Bagus mengatakan program ini ternyata mampu menekan neraca buangan limbah sampah organik ke TPA, bahkan juga meraih juara 1 dalam Penghargaan Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna yang diselenggarakan oleh Bapelitbang Kabupaten PPU pada 2020.

Baca juga: Maggot, solusi sampah organik Ibu Kota

Menurut Assistant Manager Environmental Pertamina Subholding Upstream Kalimantan Chandra Sunaryo, Program Bulatih merupakan bentuk komitmen PHKT untuk menghadirkan inovasi dalam pengelolaan lingkungan, tidak hanya di internal perusahaan, namun juga diintegrasikan dengan program pengembangan masyarakat hingga dapat memberikan efek lebih luas kepada masyarakat di Kabupaten PPU.

“Program inovasi ini pun diharapkan dapat berkontribusi dalam persiapan Kabupaten PPU menjadi ibu kota negara baru yang ramah lingkungan,” tambah Chandra.

Program Bulatih saat ini dijalankan oleh 3 kelompok masyarakat yaitu Kelompok Himpuli dan Kelompok Hidayatullah di Desa Girimukti serta untuk pemberdayaan wanita kepada Kelompok Usaha Wanita Maggot Lestari di Kelurahan Tanjung Tengah. PHKT memfasilitasi pembuatan kandang, bantuan alat untuk proses produksi BSF, hingga pelatihan dan pendampingan selama proses berlangsung.

Ketiga kelompok binaan PHKT merasa sangat terbantu dengan adanya pakan alternatif berupa maggot untuk hewan ternaknya. Kelompok peternak unggas dapat berhemat sebesar 30 persen untuk biaya pakan atau setara dengan Rp828.000 per 3 bulan. Besarnya penghematan tersebut dapat digunakan untuk ternak 100 ekor unggas.

Sementara bagi kelompok peternak lele dapat berhemat sebesar Rp3.000.000/bulan. Mulai Januari-Agustus 2021 sampah organik yang telah dimanfaatkan untuk pakan maggot pun terus meningkat hingga mencapai hampir 1,7 ton.

Mursid, pengelola Ponpes Hidayatullah, mengatakan santri yang dilibatkan dalam Program Bulatih sekitar 30 santri putra tingkat SMA .

Program Bulatih ini juga dijadikan ajang penerapan edupreneurship di Pondok Pesantren Hidayatullah dan dimasukkan dalam ekstrakurikuler siswa SMA berupa budi daya lalat hitam dan pemanfaatan maggot sebagai pakan lele dengan menggunakan biofolk.

"Hasil budi daya lele tersebut selain dijual, sebagian juga dimanfaatkan sebagai konsumsi para santri di Ponpes Hidayatullah," ujar Mursid.

Baca juga: Maggot solusi urai sampah organik yang miliki nilai ekonomis
 

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021