Jakarta (ANTARA News) - Gugurnya Osama bin Laden di ujung senjata pasukan khusus Amerika Serikat tak ayal disambut riang gembira oleh para pemimpin dunia.

Dari Yerusalem hingga Tokyo, Swedia turun ke Australia, para pemimpin dunia seperti tak sabar mengucapkan selamat atas keberhasilan AS membunuh gembong teroris yang telah diburu, hidup atau mati, selama sepuluh tahun terakhir itu.

Presiden Barrack Obama, Minggu waktu AS, mengumumkan bahwa Osama telah tewas ditembak di Abbottabad, Pakistan dan kini jenazahnya telah dikuasai pasukan AS.

"Israel bersama rakyat Amerika dalam hari bersejarah ini merayakan penyingkiran Osama bin Laden," seru Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu seperti dikutip Reuters.

Salah satu sekutu terdekat AS itu juga mengucapkan selamat kepada Obama dan menilai prestasi itu sebagai kemenangan keadilan sekaligus kemerdekaan dunia.

"Ini adalah kemenangan gemilang bagi keadilan dan kemerdekaan dan nilai-nilai bersama dari semua negara demokrasi yang bahu membahu memerangi terorisme," tegas Netanyahu.

Sementara dari Jepang, Menteri Luar Negeri Takeaki Matsumoto memuji keberhasilan AS dan menyebutnya "kemajuan berarti dalam usaha kontraterorismer."

Di Stockholm, Swedia, Menteri Luar Negeri Carl Bildt optimistis bahwa kematian Osama akan membuat dunia semakin damai dan pantas untuk dihuni.

"Dunia tanpa Osama bin Laden adalah dunia yang lebih baik. Kebenciannya adalah ancaman bagi kita semua," ucapnya yakin.

Lain halnya dengan Menter Luar Negeri Italia Franco Frattini yang menyebut kematian Osama sebagai kemenangan dunia.

"Ini adalah kemenangan kebaikan atas kejahatan, keadilan atas kekejian. Ini adalah kemenangan besar Amerika Serikat dan komunitas internasional atas Alqaeda dan terorisme," kata Frattini seperti dikutip AFP.

Belum Berakhir

Tetapi rupanya tak semua pemimpin dunia percaya bahwa perang melawan terorisme telah usai. Perdana Menteri Australia Julia Gillard menyambut kabar kematian Osama bin Laden dengan agak hati-hati.

"Alqaeda telah terluka hari ini, Alqaeda belum tamat. Jalan kita melawan terorisme harus diteruskan," tegas Gillard lantang.

"Kami akan terus bertahan di Afghanistan agar negara itu tidak lagi menjadi surga bagi para teroris," lanjut perdana menteri perempuan itu.

Ungkapan serupa diutarakan Prancis yang baru-baru ini kehilangan delapan warga negaranya akibat serangan bom di Marakesh, Maroko.

"Prancis, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa bekerja lebih erat untuk memerangi terorisme. Jadi saya sangat gembira mendengar kabar ini," tutur Juppe kepada stasiun radio setempat.

"Kami akan lebih awas dari sebelumnya. Ancaman teroris sangat tinggi. Kita melihat serangan di Marakes beberapa hari lalu, sayangnya perjuangan melawan aksi pengecut ini tidak serta merta berakhir," tegasnya.

Obama sendiri mengakui ancama Alqaeda belumlah tamat.

"Tidak diragukan lagi Alqaeda akan tetap mengancam kita. Kita harus tetap waspada di dalam dan di luar negeri," kata Obama.

Menanggapi ancaman balasan dari Alqaeda, AS kini menetapkan status siaga 1 di semua kantor diplomatiknya di seluruh dunia.

Para pemimpin negara-negara boleh gembira sembari mewanti-wanti dengan awas akan datangnya pembalasan, tapi banyak yang telah melihat tewasnya Osama mendatangkan keuntungan politis kepada Obama, setidaknya dari perspektif politik dalam negeri.

Osama Untung

Menjelang Pemilihan Umum 2012, Obama yang menjadi kandidat kuat Demokrat, mengumumkan sendiri kematian Osama bin Laden di Gedung Putih.

Dari analisis Reuters, kematian Osama memberikan kemenangan telak dalam hal keamanan nasional, tepat ketika dia memulai kampanye mempertahankan kursi kepresidenan untuk masa kepemimpinan keduanya.

Sebelumnya, posisi Obama sangat lemah dalam percaturan politik lokal karena naiknya harga bahan bakar dan caranya mengatasi krisis ekonomi yang semakin akut.

Caranya mengumumkan kematian Osama secara dramatis yang adalah spesialisasi Obama, mengalihkan perhatian masyarakat AS kepada keberhasilannya sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata AS sehingga memperkuat citranya di mata rakyat.

Tewasnya Osama juga menjadi salah satu janji yang yang berhasil dipenuhi Obama semasa kampanyenya tahun 2008 silam. Kala itu dia berjanji bakal memulangkan tentara AS dari Irak dan berjanji mengintensifkan perang di Afghanistan untuk menangkap Osama bin Laden.

Sekali lagi tewasnya Osama, membalikkan posisi Demokrat yang selama ini dianggap lemah dalam bidang keamanan nasional.

Suksesnya operasi penyergapan Osama yang berada di bawah pengawasan Obama, mengubah permainan politik lokal karena Osama ditangkap di masa kepemimpinan Obama.

Pada 11 September 2001, Alqaeda menyerang menara kembar World Trade Center di New York, AS dan pasa saat itu, George W Bush, wakil dari Republik, menjadi Presiden AS.  Kini nyawa Osama telah dipastikan oleh tangan Obama.

Rasa patriotisme rakyat AS membuncah sejak 2001 dan mencapai puncaknya kini semasa pemerintahan Obama.

Rasa patriotisme yang sedang mekar-mekarnya itu membantu Obama menghindar dari tekanan rakyat yang sedang geram dilanda krisis ekonomi akut, setidaknya untuk sejenak.

Tetapi yang pasti, Osama dan Obama akan selalu dikenang bersama. Sejarah akan mencatat masa kepemimpinan Obama sebagai masa kemenangan AS melawan terorisme. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011