Bogor (ANTARA) - Kementerian Pertanian mengukuhkan empat peneliti utama atau bertambah menjadi 158 orang setelah menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan profesor riset.

Empat peneliti utama itu menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan di Auditorium Utama Sadikin Sumintawikarta, Komplek Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Baca juga: Kemenag kukuhkan empat Profesor Riset

Para ahli itu merupakan peneliti utama pada Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian yang menyampaikan orasi ilmiah di hadapan Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan Badan Litbang Kementerian Pertanian.

Keempat profesor riset itu, yakni Prof (Ris) Dr Ir Agustina Asri Rahmianna pada Bidang Budidaya dan Produksi Tanaman, Prof (Ris) Dr Ir Sahat Marulitua Pasaribu M.Eng (Bidang Ekonomi Pertanian), Prof (Ris) Dr Ir Nyak Ilham M.Si (Bidang Ekonomi Pertanian), serta Prof (Ris) Dr Ir Khairil Anwar M.Si (Bidang Ilmu Tanah, Agroklimatologi, dan Hidrologi).

Para periset tercatat sebagai profesor riset urutan ke-155, 156, 157, dan 158 di Kementerian Pertanian, serta urutan ke-622, 823, 624, dan 635 pada tingkat nasional.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang diagendakan akan hadir, namun batal menyaksikan pengukuhan itu karena mendampingi Presiden Joko Widodo mengunjungi pengungsi korban bencana alam erupsi Gunung Semeru, di Lumajang Jawa Timur.

Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, Fadjry Djufri yang membacakan pidato Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengatakan kegiatan orasi ilmiah pengukuhan profesor riset ini yang kedua kali dilaksanakan pada 2021.

Baca juga: BRIN kembali kukuhkan tiga profesor riset

Meskipun pandemi COVID-19, namun Fadjry menuturkan harus tetap semangat menumbuhkan budaya inovasi untuk kemajuan pertanian Indonesia.

"Kita perlu terus mendorong agar para ahli peneliti utama dapat melakukan orasi sebagai profesor riset," ujar Fadjry.

Sektor pertanian, kata dia, tetap dituntut untuk terus meningkatkan kinerja terutama penyediaan bahan pangan pokok produk dalam negeri.

"Masyarakat menginginkan pemenuhan kebutuhan pangan pokok dari sumber produksi dalam negeri," tutur Fadjry.

Fadjr menjelaskan, sambil terus mendorong transformasi dan modernisasi pertanian secara luas, peningkatan produksi pangan pokok masih tetap menjadi prioritas.

Selain dampak dari pandemi COVID-19, kata dia, produksi pangan saat ini juga menghadapi masalah variabilitas cuaca.

BMKG memperkirakan curah hujan pada November dan Desember 2021 mengalami peningkatan sehingga berpotensi terjadinya La Nina, yang berdampak pada penurunan produksi pertanian.

Baca juga: BRIN kukuhkan tiga profesor riset

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2021