Medan (ANTARA News) - Seratusan wartawan di Medan, Sumatera Utara, Kamis, menggelar aksi memprotes dan menuntut proses hukum terhadap penyerangan Kantor Surat Kabar Harian Orbit yang dinilai sebagai tindak kekerasan terhadap pers.

Seratusan wartawan itu bergerak dari Masjid Agung Medan di Jalan Diponegoro menunjuk Bundaran Majestik di Jalan Gatot Subroto.

Setelah menyampaikan orasinya, wartawan dari berbagai media itu melanjutkan demonstrasinya ke Mapolresta Medan di Jalan HM Said.

Selain Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), juga Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Forum Jurnalis Perempuan (FJP), Forum Jurnalis Medan (FJM), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), dan Forum Wartawan Hukum (Forwakum), demontrasi itu juga diikuti pengurus Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, dan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) Sumut.

Ketua FJP Sumut, Khairiyah Lubis, dalam orasinya mengatakan, pihaknya mengharapkan pihak kepolisian untuk mengusut tuntas aksi kekerasan pers tersebut.

Hal itu dikarenakan kurangnya penegakan hukum selama ini menyebabkan kekerasan terhadap pers masih sering terjadi.

Pihaknya juga mengharapkan kalangan praktisi jurnalistik untuk bersatu dalam melawan aksi kekerasan terhadap pers tersebut.

Dalam demonstrasi itu, kalangan jurnalis Medan itu memapangkan sejumlah poster yang bertuliskan " Stop Kekerasan Terhadap Pers", "Usut Tuntas Pelaku Kekerasan Terhadap Pers", "Tegakkan UU Pers", dan "Lawan Premanisme Terhadap Pers".

Sementara itu, Koordinator KontraS Sumut, Rizal Syahputra, mengatakan bahwa pihaknya mengaku prihatin atas peristiwa kekerasan terhadap yang terjadi di Kota Medan.

"Ada kecenderungan meningkat," katanya.

Rizal mengatakan, selaku profesional yang bergerak di bidang pemberitaan dan informasi, kalangan wartawan memiliki kerentanan untuk menjadi korban kekerasan.

Namun, kata dia, pihak kepolisian hampir selalu kesulitan, bahkan dinilai kurang memiliki kemauan untuk menuntaskannya.

Ia mencontohkan, kasus kekerasan berbentuk pembunuhan terhadai wartawan Berita Sore, Eliyudin Telaumbanua, yang terjadi di Nias.

"Sampai saat ini, kasusnya tidak pernah terungkap," katanya.

Wakil Direktur LBH Medan, Muslim Muis, mengatakan bahwa aksi kekerasan yang terjadi di kantor SKH Orbit itu merupakan cara-cara orde baru untuk membungkam aktivis dan jurnalis.

"Itu upaya untuk membungkas jurnalis dalam menyampaikan kebenaran," katanya.

Kapolresta Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga, mengatakan bahwa pihaknya merasa prihtin atas kasus penyerangan kantor SKH Orbit tersebut.

Pihak kepolisian memiliki komitmen serius untuk mengusut secara tuntas kasus penyerangan yang terjadi pada Selasa (3/3) malam itu.

Dari penyelidikan dan pemeriksaan sejumlah saksi, pihakya telah menahan tujuh tersangka, termasuk Direktur PT WDM yang berisial LS.

Sebelumnya, kantor SKH Orbit di Jalan Amir Hamzah Medan diserang sekelompok pria tidak dikenal pada Selasa (3/5) malam sekitar pukul 20.30 WIB.

Wakil Pemimpin Umum SKH Orbit, Maruli Agus Salim, menyebutkan bahwa aksi penyerangan dilakukan sekitar 30 pria berbadan tegap dan berambut cepak yang datang dengan beberapa mobil maupun sepeda motor.

Ketika masuk, kelompok pria tidak dikenal itu langsung membalikkan meja resepsionis SKH Orbit dan membanting beberapa komputer di ruang redaksi media tersebut.

Kelompok pria itu juga memukuli loper koran SKH Orbit, Ramli Hasibuan, dan Lay Outer Ansari Hasibuan, selain redaktur kota, Abdul Rasyid.

Kemudian, kata Maruli, kelompok pria yang juga bertato itu menunjukkan pemberitaan SKH Orbit yang memuat tentang praktik perjudian gaya baru yang diindikasikan dikelola PT WDM.

"Mereka berteriak, siapa yang menulis berita ini. Mana pimpinan kalian," katanya menambahkan.
(T.I023/F002)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011