London (ANTARA News) - Memburuknya konflik bersenjata di Libya yang merembet hingga memasuki perbatasan Tunisia menjadikan upaya evakuasi WNI menemui banyak hambatan.

Mengatasi hal tersebut, KBRI Tunis bekerjasama dengan Kedubes Thailand di Tripoli untuk saling mendukung dalam mengevakuasi warga kedua negara dari Libya, demikian keterangan pers KBRI Tunis yang diterima Antara London, Jumat.

Dalam rangka kegiatan evakuasi ini, Kedubes Thailand di Tripoli kini membuka posko perlindungan warganya di Jerba, kota pulau di Tunisia yang berjarak sekitar tiga jam dari perbatasan dengan Libya.

Hal yang sama dilakukan KBRI Tunis yang telah membuka posko di kota tersebut sejak ditutupnya KBRI Tripoli pada tanggal 27 Maret lalu.

Kesepakatan saling dukung tersebut selain mencakup upaya bantuan evakuasi WNI dari Libya, juga bantuan dalam melakukan pelacakan secara langsung di Libya untuk selanjutnya dikomunikasikan kepada KBRI Tunis.

Kesepakatan yang dilakukan kedua Kedubes tersebut, yaitu KBRI Tunis dan Kedubes Thailand di Tripoli, disetujui setelah kedua Duta Besar melakukan pertemuan di Jerba, Tunisia, baru baru ini.

Kesepakatan tersebut mencakup perlindungan dan bantuan bagi warga kedua negara di negara akreditasi masing-masing.

Dubes Thailand untuk Libya, Opas Chantarasap sepakat untuk membantu evakuasi WNI dari Libya dan melakukan perlindungan terhadap WNI yang berada di Libya, dengan bantuan staf kedubes Thailand yang masih berada di Tripoli.

Di lain pihak, KBRI Tunis akan membantu dan melindungi warga Thailand yang dievakuasi ke Tunisia, mengingat Thailand tidak memiliki Kedutaan Besar di Tunisia.

KBRI Tunis juga akan membantu menjaga aset milik Kedubes Thailand yang dititipkan di Tunisia, termasuk di antaranya kendaraan-keandaraan dinas Kedubes Thailand.

Kesepakatan tersebut juga dilakukan dalam kerangka upaya Indonesia untuk memperkuat peran ASEAN di kawasan, di mana saat ini Indonesia menjabat sebagai Ketua ASEAN.

Upaya yang diprakarsai Dubes RI untuk Tunisia, Muhammad Ibnu Said, ini dilakukan guna meningkatkan implementasi kerjasama di bidang konsuler dan perlindungan warga negara anggota negara-negara ASEAN.

Terkait dengan implementasi kerjasama perlindungan warga antar negara ASEAN ini, KBRI Tunis juga telah membantu warga Filipina yang dievakuasi ke Tunisia.

Bantuan tersebut mancakup bantuan kekonsuleran bagi warga Filipina sebelum dipulangkan ke negaranya, serta bantuan pengurusan bagi mahasiswa Filipina yang ingin meneruskan studinya ke perguruan tinggi di Tunisia.

Kebijakan tersebut dilakukan karena Indonesia adalah satu-satunya negara anggota ASEAN yang memiliki kedutaan besar di Tunisia.

Dubes Ibnu Said mengharapkan kerjasama saling dukung tersebut dapat semakin mempererat kerjasama ASEAN di masa mendatang, khususnya dalam hubungan yang bersifat people-to-people contact.

Hasil dari kesepakatan tersebut tercermin juga pada evakuasi lima orang Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia dari Libya ke Tunisia pada hari Selasa lalu, yang turut dimonitor oleh staf Kedubes Thailand di Tripoli.

Mereka dievakuasi dengan menggunakan kendaraan yang disewa KBRI Tunis, yang dikendarai sendiri oleh Muhammad Abdul Hafiz (pemilik gedung KBRI Tripoli) karena tidak ada sopir yang berani membawa TKW ke perbatasan Tunisia-Libya akibat makin memburuknya kondisi keamanan di perjalanan.

Kelima TKW selanjutnya dijemput staf KBRI Tunis yang menunggu di pos imigrasi perbatasan Tunisia-Libya, di daerah Ras Jedir. Kelima TKW tiba masuk ke Tunisia sekitar pukul 4 sore setelah melalui pemeriksaan yang memakan waktu lebih 3 jam di pos perbatasan Libyadan Tunisia.

Saat ditanya kesan mereka setelah memasuki wilayah Tunisia, kelima TKW menyatakan rasa syukur keluar dengan selamat setelah melalui hari-hari yang mencekam di Libya. Mereka memutuskan untuk mengungsi karena situasi di tempat bekerja di Tripoli yang sangat membahayakan jiwa dan bahkan dua dari mereka sudah ditinggal lari oleh majikannya.

Menurut pemantauan staf KBRI Tunis sejak terbunuhnya putra Kaddhafi, Saif el-Arab Kaddhafi, dan tiga orang cucu Kaddhafi dalam akibat serangan NATO terkahir, kondisi keamanan semakin memburuk.

Beberapa kedubes asing negara Barat seperti Inggeris, Italia dan AS di Tripoli diserbu dan dirusak massa pro-Kaddhafi.

Semakin memburuknya kondisi kemananan di Tripoli dan kawasan Barat Libya tersebut berdampak buruk pada kondisi di kawasan perbatasan kedua negara.

Pertempuran antara loyalis Kaddhafi dengan kekuatan-kekuatana anti-Kaddhafi di dekat perbatasan Tunisia, khususnya di wilayah Zintan dan Nalut yang berbatasan dengan pos perbatasan Tunisia di Dhehiba, terus meningkat.

Kawasan perbatasan Nalut silih berganti dikuasai pasukan Kaddhafi dan pemberontak.

Menurut pemantauan staf KBRI Tunis, dalam beberapa hari terakhir, terdengar jelas suara bom dan tembakan di sekitar perbatasan. Bahkan pertempuran telah memasuki wilayah Tunisia sehingga membuat berang pemerintah Tunisia yang tidak ingin terlibat dalam konflik tersebut. Karena itu, militer Tunisia melakukan siaga penuh guna mengantisipasi meluasnya pertempuran.

Implikasi dari pergolakan tersebut memyebabkan pemerintah Tunisia memperketat penjagaan di perbatasan Tunisia-Libya di daerah Ras Jedir dan Dhehiba.

Pengetatan tersebut mempersulit KBRI Tunis dalam mengevakuasi WNI dari Libya karena karena tidak sedikit dari TKW yang harus dievakuasi tidak memiliki kelengkapan dokumen keimigrasian.

Hal ini terjadi misalnya karena TKW Indonesia lari dari majikannya karena majikannya menahan paspornya dan bersikeras untuk tidak menyerahkannya ke KBRI, atau karena ditinggal majikan yang sudah pergi ke luar negeri dengan membawa paspor TKW.

Selain itu Beredar pula rumor di kalangan masyarakat Libya yang ingin meninggalkan Libya bahwa perbatasan Tunisia akan segera ditutup guna mengantisipasi pertempuran antara pasukan pro dan anti-Kaddhafi.

Rumor tersebut menjadikan kawasan perbatasan kedua negara di Ras Jedir dan Dhebiba padat dengan arus pengungsi yang memanfaatkan situasi sebelum perbatasan tersebut benar benar ditutup.

Kendala yang sama juga terjadi pada warga negara asing lainnya, sehingga banyak diantara warga asing terlunta-lunta di kawasan perbatasan Tunisia-Libya, sebelum memperoleh bantuan dari badan PBB, seperti International Organization for Migration (IOM) dan United Nations High Commissioner for Refuges (UNHCR) dan selanjutnya ditempatkan di kamp pengungsi yang dikelola kedua lembaga tersebut.

Meskipun demikian, dengan pendekatan yang intensif dan persuasif yang dilakukan KBRI Tunis kepada para pejabat imigrasi Tunisia dan pejabat terkait lainnya di perbatasan, sampai saat ini evakuasi WNI dapat dilakukan dengan baik dan tidak ada satupun warga negara Indonesia yang terlunta atau harus masuk ke kamp pengungsian.

Sejak Ditutupnya KBRI Tripoli, KBRI Tunis telah mengevakuasi 23 WNI termasuk di antaranya tiga wartawan MetroTV. Sampai dengan evakuasi lima TKW tersebut, jumlah WNI yang telah evakuasi dari Libya melalui Tunisia untuk dipulangkan ke Indonesia mencapai 583 orang.

KBRI Tunis terus mengupayakan agar seluruh WNI dapat dievakuasi dari Libya meskipun menghadapi berbagai kendala seiring makin memburuknya situasi keamanan di Libya.

(ZG/S026)



Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011