Jakarta (ANTARA) - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) dan pegiat aksara melakukan digitalisasi tiga aksara nusantara yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk memperluas penggunaan di masyarakat.

"Tiga aksara nusantara yang sudah SNI di antaranya aksara Sunda, Jawa dan Bali. Ke depan kita daftarkan ke Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN)," kata Ketua Tim Konseptor Rancangan SNI Aksara Nusantara PANDI Heru Nugroho saat menyampaikan keterangan pers yang diikuti dari aplikasi Zoom di Jakarta, Rabu.

ICANN adalah organisasi nirlaba yang bertugas mengarahkan pengelolaan dan prosedur beberapa pangkalan data ruang nama dan ruang numerik Internet serta menjamin kestabilan dan keamanan operasi jaringan.

Heru mengatakan digitalisasi aksara di Unicode adalah suatu standar teknis pengkodean internasional mengenai teks dan simbol dari sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan pada perangkat komputer, laptop, atau ponsel.

Ketiga aksara nusantara tersebut telah mendapatkan SNI untuk papan tombol dan fon aksara dari Badan Standarisasi Nasional (BSN).

Ia mengatakan aksara nusantara telah lama dipelajari siswa SD hingga SMA di Tanah Air menggunakan media tradisional. "Bentuknya masih melukis. Dibutuhkan sarana yang mentransformasikan aksara dalam bentuk digital," katanya.

Baca juga: Dokumen RSNI aksara Nusantara disepakati

Baca juga: PANDI apresiasi komunitas bantu SNI aksara daerah


Kehadiran aksara dalam bentuk digital bisa berupa papan ketik pada ponsel yang memudahkan masyarakat berkirim pesan menggunakan bahasa warisan leluhur, kata Heru.

"Jika aksara warisan leluhur ada di platform digital, paling tidak saat dia belajar di sekolah, tidak sulit lagi kalau ada platform digital," ujarnya.

Pada pemanfaatan aksara digital yang lebih luas, kata Heru, bisa diintegrasikan dengan sistem keamanan perbankan.

"Password perbankan bisa pakai aksara nusantara. Kalau kita mengkoding sistem pertahanan digital pakai aksara Nusantara, siapa yang bisa menembus," katanya.

Menurut Heru, masyarakat Yogyakarta adalah salah satu provinsi yang sangat antusias menyambut platform aksara nusantara secara digital.

Di Indonesia, kata Heru, transformasi aksara menuju digital baru bersifat rintisan. Sebagai gambaran, China membutuh waktu selama 20 tahun memulai tahapan aksara digital mereka. "Mereka tidak gunakan aksara latin, tapi aksara China," katanya.

Pada acara yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Kemenko PMK Didik Suhardi mengatakan
selain tiga aksara yang sudah ber-SNI, masih banyak aksara lainnya yang kini telah teridentifikasi sebagai aksara nusantara dan sedang didorong menuju digitalisasi.

Aksara yang dimaksud di antaranya, Batak, Bima, Lontara Bilang-bilang, Budha, Incung, Jangang-jangang atau burung, Kawi atau Jawa Kuno, Lampung, Bugis, Lota, Arab-Manudara, Serang, Jontal, Gayo, Gorontalo, Dayak, Kanum, Malesung, Minangkabau, Palembang, Rikahara.

"Kami di PMK berkoordinasi dengan Kemendikbud Ristek, Perpustakaan Nasional, Badan Bahasa dan Kominfo yang punya tanggung jawab pada perizinan digitalisasi supaya masuk ke perangkat industri," katanya.

Baca juga: Aksara Kawi masuk dalam tabel Unicode pertengahan 2022

Baca juga: Pelestarian aksara Nusantara perlu dukungan digitalisasi

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021