Kamboja punya peta sendiri mengenai wilayahnya dan begitu juga Thailand"
Jakarta (ANTARA News) - Sengketa batas negata antara Thailand dan Kamboja yang kian panas tampaknya memang sulit diselesaikan melalui mekanisme ASEAN. Campur tangan pihak ketiga, setidaknya menurut kesaksian seorang Thailand yang menjadi saksi langsung konflik itu. adalah terlalu berisiko.

"Saya pikir, bagi pemerintah Thailand, mereka tak ingin ada campur tangan pihak ketiga di situ karena terlalu berisiko dan akan dianggap kekeliruan," kata Chanida Sa-Ngiamphaisalsuk (30), wartawati asal Thailand yang bekerja untuk harian Asahi Shimbun, Jepang.

Kepada ANTARA News di tengah rehat kerja saat sama-sama meliput perhelatan KTT ASEAN ke 18, Kamis kemarin, Chanida mengatakan dalam setiap konfilik sangat sulit mengatakan siapa benar, siapa salah.

Konflik perbatasan Thailand mulai pecah pada 2008 dan menjadi babak akhir dari perselisihan menahun antara kamboja dan Thailand perihal  kuil abad ke 11 Preah vihear, yang terletak di antara distrik Choam Khsant di Provinsi Preah Vihear, Kamboja dan distrik Kantharalak (amphoe) di provinsi Sisaket, Thailand.

Dari versi Kamboja, mengutip pernyataan Duta Besar Kamboja kepada PBB beberapa waktu lalu, konflik itu bermula ketika 50 prajurit Thailand bergerak memasuki wilayah Pagoda Keo Sikha Svara di Kamboja, sekitar 300 meter dari kuil Preah Vihear.

Thailand mengklaim, batas bagian terluar wilayah yang berdampingan dengan kuil, belum terselesaikan secara penuh, padahal area ini sudah telanjur menjadi milik Kamboja oleh Mahkamah Internasional  (ICJ) pada 1962.

Memasuki Agustus 2008, konflik itu meluas ke wilayah kompleks kuil abad 13 Ta Moan yang terletak 153 km di wilayah barat Preah Vihear, di mana Kamboja menuduh pasukan Thailand menduduki wilayah kamboja.

Thailand segera membantah klaim Kamboja itu.

Konflik itu terus memanas, namun di mata Chanida yang lulusan Universitas Chulalongkorn, Thailand, jurusan sastra Perancis, konflik perbatasan itu bukan problem utama Thailand.

Orang Thailand, katanya, yakin konflik itu bisa diselesaikan oleh lembaga ASEAN, apalagi Thailand sendiri telah melakukan hal ini dengan banyak negara.  "Kamboja punya peta sendiri mengenai wilayahnya dan begitu juga Thailand," katanya

Rakyat Thailand justru lebih memperhatikan kondisi ekonominya yang stagnan.

Dia yakin baik Thailand maupun Kamboja ingin menyelesaikan masalah ini lewat pendekatan bilateral.  "Mereka tak yakin apakah mereka benar atau tidak," katanya.

Pasukan Thailand dan Kamboja terlibat dalam beberapa bentrok di sekitar wilayah di mana satu kuil kuno Preah Vihear di perbatasan kedua negara yang disengketakan. Konflik terjadi selama berbulan-bulan di mana dalam bentrok terakhir yang baru saja pecah, tiga tentara dari kedua belah pihak tewas.

Berita terakhir dari KTT ASEAN ke-18, Jumat (6/5) menyebutkan, berdasarkan pernyataan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Kamboja dan Thailand akhirnya resmi melibatkan Indonesia dalam penyelesaian konflik mereka dengan mengundang tim pemantau ke wilayah perbatasan.

Di bawah ini adalah kronologi konflik kedua negara sejak Juli 2008:

8 Juli 2008
Kuil Preah Vihear dari abad ke-11 dianugerahi status Warisan Dunia (World Heritage) oleh salah satu badan PBB, UNESCO.  Penganugerahan ini memicu kemarahan kaum nasionalis Thai yang mengklaim situs budaya itu milikThailand. Kuil ini ditetapkan sebagai milik Kamboja oleh Mahkamah Internasional pada 1962.

15 Juli
Tiga orang demonstran Thailand ditangkap Kamboja karena melompati pagar kawat berduri untuk mencapai kuil. Insiden ini memicu penggelaran ratusan serdadu dari kedua belah pihak. Seorang anggota pasukan khusus Thailand dari kesatuan Ranger kehilangan kaki setelah menginjak ranjau darat di sekitar situ.

3 Agustus
Pasukan Kamboja dan Thailand untuk pertamakalinya terlibat kontak senjata selama sepuluh menit dan melukai seorang tentara Kamboja

16 Agustus
Kedua negara menarik sebagian pasukannya di perbatasan dengan meninggalkan sekitar 40 tentara di kedua belah pihak

3 Oktober
Tentara Kamboja dan Thailand kembali bentrok di wilayah perbatasan itu

6 Oktober
Dua tentara Thai terluka akibat ranjau meledak di wilayah perbatasan untuk kemudian menjadi alasan bagi Thailand untuk mengeluarkan tuduhan bahwa Kamboja telah menanam ranjau di kawasan yang disengketakan itu

15 Oktober
Pasukan kedua negara kembali terlibat kontak senjata yang merenggut nyawa tiga serdadu Kamboja dan seorang tentara Thailand

16 Oktober
Thailand dan Kamboja sepakat mengadakan patroli bersama di wilayah yang disengketakan menyusul bentrok maut sebelumnya

24 Oktober
Perdana menteri kedua negara bertemu di Beijing dan setuju menghindari bentok bersenjata di masa depan

10 November
Para juru runding Kamboja dan Thailand bertemu di Kamboja dalam satu pertemuan yang berlangsung selama tiga hari

25 Maret 2009
Kamboja menyatakan sekitar 100 serdadu Thailand menyeberangi perbatasan dekat kuil kuno itu. Thailand membantah tuduhan ini.

31 Maret 2009
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengingatkan Thailand bahwa pasukan mereka akan menghadapi pertempuran jika berusaha menyeberangi perbatasan

2 April
Tentara Thailand kehilangan kakinya akibat menginjak ranjau darat yang ditanam di sekitar kuil

3 April
Pemerintah kedua negara menyatakan dua tentara Kamboja dan seorang serdadu Thailand tewas dalam pertempuran hebat di perbatasan kedua negara. Sebelumnya bentrok sempat terjadi di hari ini juga, namun kontak senjata pertama itu tidak meninggalkan korban pada kedua pihak. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011