Jakarta (ANTARA) - Lifter senior Eko Yuli Irawan berharap Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) dapat terimplementasi dengan baik, tidak hanya di pusat, tetapi juga sampai ke bawah hingga kota dan kabupaten.

Menurut Eko, DBON yang sudah mendapat payung hukum Perpres Nomor 86 Tahun 2021 itu memiliki program yang bagus untuk peningkatan prestasi olahraga nasional, namun pemerintah pusat harus bisa memastikan program itu juga bisa berjalan di daerah.

“Sebagai atlet, program DBON luar biasa, tinggal gimana (implementasi) ke bawahnya, ke KONI seperti apa, kota/kabupaten dan cabang-cabang olahraganya seperti apa, nah, itu sejalan tidak. Apabila sejalan, kemungkinan bisa sukses,” kata Eko ditemui di sela Rakernas KONI Pusat di Jakarta, Rabu.

Lifter peraih perak dalam dua edisi Olimpiade itu juga berharap DBON bisa lebih menunjang fasilitas bagi para atlet nasional, termasuk kualitas tempat latihan, gizi, fisioterapi dan recovery.

Menurut Eko, tugas atlet hanyalah berlatih dan bertanding untuk juara, sedangkan persiapan untuk meraih prestasi menjadi peran dari pemerintah serta induk organisasi olahraga.

“Kalau kami sebagai atlet hanya bertanding dan berlatih sebaik mungkin. Tinggal mempersiapkannya seperti apa, tempat latihan, fisioterapi, recovery, gizi. Kami sebagai pelaku olahraga sudah latihan berat, hanya gimana sistem recovery-nya sudah dipikirkan belum,” ucap Eko.

Baca juga: Menpora: Sumut sentra pembinaan atlet dalam DBON 
Baca juga: Unimed dukung DBON untuk kemajuan olahraga Indonesia 


Hal serupa juga disampaikan pebulu tangkis tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting. Dia mengatakan pentingnya sarana dan prasarana serta penerapan sport science demi menunjang prestasi atlet.

“Saya berharap DBON bukan cuma alat doang, tetapi juga sport science (diperhatikan) karena atlet banyak yang belum mengerti tentang kondisi tubuhnya seperti apa,” ujar Anthony.

Menurut dia, penerapan sport science juga sangat penting bagi atlet, salah satunya untuk menemukan program latihan yang tepat saat sedang menjalani pertandingan.

Ia mencontohkan tiga turnamen Indonesia Badminton Festival yang digelar secara beruntun di Bali memiliki jadwal pertandingan yang padat. Para atlet hanya memiliki waktu istirahat sedikit dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya.

Sport science penting banget. Dari sisi latihan, misalnya, kami tidak bisa berlatih seperti saat sedang tidak ada pertandingan,” ungkap Ginting. 

“Latihan harus tetap ada, tapi, kan, programnya seperti apa, itu harus menyesuaikan karena tidak bisa latihan yang diforsir,” tambahnya. 

Baca juga: Menpora tekankan pentingnya media dalam sosialisasikan DBON 
Baca juga: DBON wajibkan Pemda perhatikan olahraga 
Baca juga: Deretan selebritas kenamaan Indonesia mendukung DBON 

 

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021