Jakarta (ANTARA News) - Pertemuan informal para pemimpin ASEAN dengan wakil LSM dari 10 anggota organisasi regional itu di Jakarta, Sabtu sore, mendapat tanggapan positif karena untuk pertama kalinya, mereka mau "belajar mendengarkan" suara masyarakat madani.

Penilaian itu disampaikan Direktur Institut Keadilan Global, Indah Suksmaningsih kepada wartawan seusai menghadiri pertemuan yang berlangsung di Balai Sidang Jakarta (JCC) tersebut.

Kemauan mendengarkan suara wakil masyarakat madani itu layak diapresiasi sebagai tradisi baru yang berkelanjutan sebagaimana dijanjikan para kepala negara dan pemerintahan serta menteri senior Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang hadir, katanya.

"Saya melihat `leaders` (para pemimpin) di ASEAN mulai belajar mendengar. Ini menyenangkan," kata Indah.

Sebagai negara demokratis, Indonesia telah pun menunjukkan standarnya yang lebih baik di ASEAN terbukti dari datangnya Wakil Presiden Boediono ke ACSC/APF yang berlangsung di Jakarta pada 3-5 Mei.

Hanya saja, dalam dialog, para pemimpin ASEAN terkesan masih memberikan "jawaban normatif" atas sejumlah isu keadilan ekonomi rakyat yang dilontarkan para wakil LSM ASEAN yang hadir, katanya.

Sebelumnya pada Konferensi Masyarakat Sipil ASEAN (ACSC)/Forum Rakyat ASEAN (APF) di Jakarta, Indah Suksmaningsih yang juga ketua Panitia Pengarah ACSC/APF telah pun menyuarakan pentingnya unsur masyarakat madani dilibatkan secara kelembagaan dalam proses perumusan kebijakan di ASEAN.

"Kepribadian ASEAN sangat elitis, dan peran masyarakat sipil saat ini adalah bagaimana dapat mengubah sedikit persepsi tersebut sehingga organisasi kawasan itu lebih berorientasi masyarakat melalui jalur APF ini," katanya.

Selain Indah (Indonesia), para wakil lembaga swadaya masyarakat (LSM) ASEAN lainnya yang ikut dalam pertemuan informal tersebut antara lain Ung Molyvann dari Kamboja, Amphone Souannalath (Laos), Daniel Lo Soo Jeng (Malaysia), Ana Maria R.Nemenzo (Filipina), Sureeeporn Yupa (Thailand), dan Le Quang Binh (Vietnam).

Selain bertemu para wakil masyarakat madani, para pemimpin ASEAN juga melakukan dialog informal dengan para wakil pemuda dan anggota parlemen ASEAN.

Sabtu malam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono menghadiri acara jamuan di "Assembly Hall" JCC bersama para kepala negara dan pemerintahan serta mentrri senior ASEAN lainnya.

Mereka adalah Sultan Hassanal Bolkiah Mu`izzaddin Waddaulah (Brunei Darussalam), PM Kamboja Hun Sen, PM Laos Thongsing Thammavong, PM Malaysia Dato` Sri Mohd Najib bin Tun Abdul Razak, PM Myanmar Thein Sein, Presiden Filipina Benigno S. Aquino III, Menteri Senior Singapura S. Jayakumar (mewakili Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong), PM Thailand Abhisit Vejjajiva, dan PM Vietnam Nguyen Tan Dung.

KTT ASEAN ke-18 yang berlangsung hingga Minggu (8/5) itu menekankan pada tiga prioritas.

Ketiga prioritas itu adalah "memastikan tercapainya kemajuan-kemajuan penting dalam membangun komunitas ASEAN 2015, memastikan terpeliharanya tatanan dan situasi kondusif di kawasan Asia Tenggara, serta mensukseskan pembahasan tentang perlunya visi ASEAN pasca-2015".
(T.R013*A051*KR-DLN/A011)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011