Jakarta (ANTARA) - Indonesia mengutamakan tiga isu utama pada Pertemuan Sherpa (Sherpa Meeting) G20 yang diadakan di Jakarta pada 7-8 Desember kemarin.

Tiga isu besar yang dibawa Indonesia pada Sherpa Meeting perdana ini, dikutip dari siaran resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi dan digital, dan transisi energi.

Arsitektur kesehatan global menitikberatkan pada penguatan dan penyusunan kembali tata kelola kesehatan global setelah pandemi. Indonesia dapat menjadi penghubung (hub) bagi pengembangan dan penyebaran vaksin.

Sementara itu, transformasi ekonomi dan digital menjadi optimalisasi manfaat teknologi digital yang inklusif dengan mendorong digitalisasi di berbagai sektor usaha.

Pada transisi energi, diperlukan perluasan akses teknologi menuju pemanfaatan energi bersih dan terjangkau dengan pembiayaan yang berkelanjutan.

Pembahasan ketiga topik utama tersebut turut tercermin dalam penyampaian prioritas masing-masing Ketua Working Group G20 yang dipimpin oleh Indonesia, mencakup kesehatan, pembangunan, pendidikan, ketenagakerjaan, ekonomi digital, perdagangan investasi dan industri, pertanian, lingkungan hidup dan perubahan iklim, energi, pemberantasan korupsi, pariwisata, dan pemberdayaan perempuan.

Menurut Kominfo, para delegasi pada umumnya menyambut baik prioritas yang disampaikan Indonesia di setiap Working Group. Secara khusus, terdapat harapan bagi peran Indonesia dalam menjembatani pandangan negara maju dan negara berkembang.

Pertemuan Pertama Sherpa G20 dibuka Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, yang menyampaikan G20 harus memajukan agenda yang forward-looking dan action-oriented.

Indonesia memiliki beberapa rencana strategis Presidensi G20, termasuk mobilisasi pendanaan kesehatan global, pemberdayaan UMKM melalui digitalisasi, hingga kerja sama teknologi bidang energi.

Menteri Luar Negeri, Retno L.P. Marsudi, turut mendorong G20 untuk mencapai hasil konkret di tiga prioritas, yaitu kesehatan, transformasi berbasis digital, dan transisi energi “yang akan membawa manfaat besar bagi masyarakat dunia dan pencapaian SDGs”.

"G20 harus bisa down to earth dalam menghasilkan solusi mengatasi tantangan global. G20 juga harus menjadi pendorong untuk pemulihan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Sherpa G20 mempunyai peran utama dalam menghasilkan arahan jelas untuk mengubah tantangan menjadi kesempatan, dan menuntun para pemimpin kita di dalam dunia yang selalu berubah," kata Retno.

Sherpa Meeting G20 juga dihadiri Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom, yang menekankan pentingnya penguatan tata kelola dan skema pendanaan kesehatan global

Sherpa Meeting G20 menunjukkan komitmen kuat negara anggota G20 untuk bersama-sama memulihkan dan membangun ekonomi global pascapandemi COVID-19.

Pertemuan ini diadakan secara hibrida, 21 delegasi negara anggota dan organisasi internasional hadir langsung di Jakarta, 14 delegasi secara virtual dan tiga delegasi secara hibrida.

Pertemuan Pertama Sherpa G20 merupakan pertemuan pertama dari 150 lebih rangkaian pertemuan yang direncanakan berlangsung sepanjang Presidensi G20 Indonesia.

Presidensi G20 Indonesia mengambil tema "Recover Together, Recover Stronger", Pulih Bersama, Pulih Lebih Tangguh.

Indonesia menyoroti pentingnya upaya konkrit dan holistik untuk mengentaskan ketimpangan, menjembatani kesenjangan, dan meningkatkan produktivitas ekonomi yang berkelanjutan untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) pada 2030.

Baca juga: Kominfo beri pelatihan SDM digital dukung masyarakat digital

Baca juga: SDM kunci keberhasilan transformasi digital

Baca juga: Kominfo: Pertemuan Sherpa G20 lancar

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021