Jakarta, (ANTARA News) - Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) di Cianjur, Jawa Barat, Kamis (5/1) menyerahkan mesin pengolahan limbah padat senilai Rp70 juta untuk kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar dalam sambutannya, mesin tersebut merupakan salah satu wujud komitmen KLH untuk mengajak masyarakat luas menerapkan tehnologi ramah lingkungan dalam mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan. Mesin pengolah limbah padat yang diserahkan terdiri dari tiga jenis yaitu mesin pencacah kasar, mesin pemisah plastik atau pengayak dan mesin penghancur plastik. Mesin pencacah kasar bertujuan untuk menghancurkan atau mencacah sampah organik (batang, daun, ranting) menjadi halus untuk membantu proses pengomposan. Mesin pemisah plastik/pengayak berguna untuk memisahkan atau menyaring plastik atau material non organik lainnya yang masih tersisa pada saat proses pencacahan/penghancuran oleh mesih pencacah kasar. Sementara, mesin penghancur sampah digunakan untuk menghancurkan/mencacah sampah non organik/plastik hingga menjadi bagian-bagian kecil yang memiliki nilai jual, misalnya plastik botol/gelas minuman, ember dan lain-lain. Pemilihan TNGP terutama dikarenakan daerah itu menjadi model pengembangan pariwisata berkelanjutan di kawasan dengan pariwisata yang telah berkembang cukup baik. Kelestarian TNGP, menurut dia, sangat penting sebab banyak komponen ekosistem yang secara langsung maupun tidak langsung bergantung pada konsistensi dan keberlanjutan pengelolaan lingkungan yang baik di TNGP. Wilayah TNGP antara lain berfungsi sebagai penyangga produktif untuk pasokan air tanah bagi wilayah lainnya, antara lain Jakarta. Apabila hutan TNGP rusak maka tidak ada lagi kesempatan air hujan untuk meresap ke dalam tanah melainkan meningkatkan aliran di atas permukaan yang menyebabkan banjir dan erosi. Tingginya animo masyarakat pada daya tarik TNGP, lanjut dia, telah mengharuskan berbagai pihak untuk meningkatkan pelayanan dan pengamanan terpadu sehingga kondisi TNGP terjaga kelestariannya serta kecenderungan timbulnya degradasi lingkungan pun dapat diatasi dengan melibatkan warga sekitar dan pengunjung. Oleh karena itu, kata dia, salah satu isu yang cukup penting diwaspadai adalah timbulnya sampah, apalagi hingga saat ini pengelolaan sampah umumnya belum dilakukan dengan optimal akibat adanya sejumlah kendala, seperti masalah kelembagaan, pendanaan, sarana, dan prasarana tehnik serta ketidakpahaman dalam penataan tata ruang. Dia mengatakan, ada banyak aspek dalam pengelolaan sampah yang memerlukan peran aktif seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kepedulian masayrakat terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sampah. Mesin pengolahan limbah padat yang didistribusikan untuk Kabupaten Cianjur, Bogor, dan Sukabumi merupakan salah satu bentuk aplikasi tehnologi sederhana dalam proses pengelolaan sampah melalui mekanisme pengomposan. Jika dikaitkan dengan aspek ekonomi, pengelolaan lingkungan yang baik akan bersinergi secara positif dengan pengembangan potensi ekonomi untuk meningkatkan nilai tambah kawasan pariwisata TNGP sekaligus menurunkan resiko ancaman kerugian dari degradasi dan bencana lingkungan. Sementara itu Kepala Balai TNGP, Nopiyanto Bambang W, mengatakan, sekitar 60 ribu orang berumur antara 13 dan 15 tahun mengunjungi TNGP setahun. "Dari orang sejumlah itu, per bulannya ada sekitar 150 sampai 200 karung sampah limbah padat yang dikumpulkan dari tiga pintu masuk," ujarnya. Menurut dia, sampah padat yang paling sering ditemui adalah botol minuman, kaleng minuman, plastik pembungkus makanan dan bungkus rokok. "Biasanya kami tidak pernah mengolah sampah padat dan hanya mengumpulkannya untuk kemudian diambil oleh truk sampah ke tempat pembuangan akhir," katanya. Dia mengatakan, kurangnya kesadaran penduduk mengakibatkan ada sampah-sampah limbah padat yang dibuang ke sungai. "Selain limbah padat kami juga memiliki masalah dengan limbah cair yang dibuang pengunjung ke sungai seperti sisa minuman, air kencing dan lain-lain," katanya. Selain didistribusikan ke TNGP, mesin serupa juga dikirim ke Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat karena daerah itu menjadi model pengembangan pariwisata berkelanjutan pada kawasan alami dan belum banyak dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah juga mendapat mesin serupa karena daerah itu terpilih sebagai model pengembangan pariwisata berkelanjutan pada kawasan yang sudah rusak dan perlu dilakukan banyak upaya pemulihan lingkungan.(*)

Copyright © ANTARA 2006