Jakarta (ANTARA/JACX) - Sebuah video berisi peringatan tentang bahayanya penggunaan alat tes COVID-19 ramai tersebar di Facebook pada Desember 2021.

Alat tes COVID-19 di pasaran diklaim mengandung bahan kimia Ethylene Oxside (EO), yang disebut dapat menimbulkan kanker. 

Dalam salah satu konten yang beredar, seorang pria menggunakan topi dan kacamata hitam memperlihatkan kotak alat tes usap mandiri. Pada bagian belakang kotak itu tertera keterangan "STERILE EO".  

Pria di video tersebut menjelaskan, penelusurannya di mesin pencarian Google menunjukan bahwa zat EO menyebabkan kanker limfoma, leukimia, dan kanker otak.

"Ini berakibat pada gen. Itu salah satu bahan kimia berbahaya dan terburuk untuk menyebabkan kanker," demikian isi potongan narasi di Facebook itu.

Lalu, benarkah kandungan zat pada alat tes COVID-19 timbulkan kanker?
 
Tangkapan layar narasi yang menyatakan alat tes usap COVID-19 mengandung zat penyebab kanker (facebook)


Penjelasan:
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Inggris (DHSC) menyebutkan kandungan EO dalam alat tes COVID-19 tidak menyebabkan kanker, sebagaimana dilansir dari covid19.go.id.

Menurut DHSC, informasi yang tidak akurat dan berbahaya telah menyebar melalui video-video tersebut.

Gas EO sebenarnya digunakan untuk membersihkan alat tes COVID-19 dan pemakaiannya hanya 1-21-2μg (sepersejuta gram).

Proses dasar untuk mensterilkan produk mencakup sejumlah langkah, di antaranya pelembaban, pemasukan gas, pemaparan, evakuasi, dan pencucian udara.  

Alat tes COVID-19 kemudian melalui proses aerasi untuk menyingkirkan sisa kandungan EO.

EO hanya digunakan dalam sterilisasi penyeka dan merupakan salah satu alat sterilisasi yang paling umum digunakan selama beberapa dekade dalam industri perawatan kesehatan, terutama digunakan oleh produsen untuk menjaga keamanan perangkat medis.

Klaim: Alat tes COVID-19 mengandung zat penyebab kanker
Rating: Disinformasi

Cek fakta: Hoaks! Penemu Pfizer tolak divaksin COVID-19

Cek fakta: Hoaks! Aliansi Dokter Dunia nyatakan COVID-19 varian Delta tidak pernah ada

Cek fakta: Hoaks! Tubuh mengandung bluetooth dan bisa dilacak setelah vaksin

 

Pewarta: Tim Jacx
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2021