Tidak mungkin pemerintah memindahkan masyarakat Suku Kamoro
Timika (ANTARA) - Kampung-kampung (desa) di wilayah pesisir Kabupaten Mimika, Provinsi Papua tergenang banjir rob sejak beberapa hari belakangan sejak 7 Desember lalu.

Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob kepada Antara di Timika, Senin, mengatakan warga melaporkan bahwa banjir rob melanda hampir seluruh kampung di wilayah pesisir barat hingga pesisir timur Mimika, termasuk Kabupaten Asmat dan kabupaten-kabupaten lainnya di pesisir selatan Papua yang berhadapan dengan Laut Arafura.

"Banjir rob tahun ini membuat hampir semua kampung di pesisir Mimika tergenang air karena kondisi pasang laut sangat tinggi. Kampung-kampung yang selama ini tidak pernah masuk air seperti Ipaya (Ipiri, Paripi dan Yaraya) semuanya banjir. Apalagi Kokonao (ibukota Distrik Mimika Barat). Bahkan di Asmat, landasan Bandara Ewer juga masuk air sehingga pesawat tidak bisa mendarat selama beberapa hari," kata John.

Ketinggian air pasang pada 7 dan 8 Desember lalu berada pada level 36. Diperkirakan pada 22 Desember nanti ketinggian air pasang akan naik lagi hingga level 39.

Baca juga: Mimika undang berbagai pihak bahas penanganan bencana Aroanop

Baca juga: Dua kampung pesisir Mimika masih terendam banjir


John menyebut penanganan banjir rob akibat pasang laut yang sangat tinggi cukup sulit untuk diatasi mengingat hampir seluruh kampung di wilayah pesisir Mimika berada pada delta yang dikelilingi sungai-sungai besar hampir rata dengan permukaan laut.

Khusus untuk di Kota Timika yang berada pada ketinggian sekitar 50 kaki dari permukaan laut dan cukup jauh dari bibir pantai, tidak mengalami banjir rob.

Meski demikian, katanya, perlu dilakukan normalisasi sungai-sungai yang mengitari Kota Timika agar pembuangan air menuju ke Sungai Wania yang bermuara di Laut Arafura menjadi lancar.

"Sungai-sungai yang ada di Timika sekarang ini penuh dengan sampah, alur sungai bahkan semakin sempit karena di kiri dan kanan penuh dengan kandang ternak babi maka harus dibersihkan dan dinormalisasi," ujarnya.

Sedangkan beberapa kampung pesisir yang rawan banjir rob seperti Keakwa, Atuka, Kokonao dan lainnya perlu dibangun semacam talud atau tembok keliling untuk menahan laju abrasi maupun banjir akibat meluapnya sungai saat hujan deras di wilayah pegunungan.

John mengatakan harus ada upaya serius dan sungguh-sungguh dari Pemkab Mimika didukung oleh Pemprov Papua dan Pemerintah Pusat untuk mengatasi banjir rob maupun banjir bandang yang terjadi di kampung-kampung pesisir Mimika.

"Tidak mungkin pemerintah memindahkan masyarakat Suku Kamoro yang tinggal dan hidup di kampung-kampung wilayah pesisir karena mereka sudah terbiasa dengan 3 S yaitu sampan, sagu dan sungai. Kalau tidak demikian, kampung-kampung di pesisir Mimika terus mengalami situasi seperti itu setiap tahun, apalagi dari tahun ke tahun permukaan laut semakin tinggi akibat pemanasan global," ujar mantan Kepala Dishubkominfo Mimika itu.
Rumah warga Kokonao, Distrik Mimika Barat, Kabupaten Mimika, Papua tergenang banjir rob. (ANTARA/HO-Alo Renwarin)


Informasi dari BMKG, banjir rob yang melanda banyak kawasan di Indonesia akhir-akhir ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi, terutama kondisi cuaca yang saat ini musim hujan, pengaruh La Nina, dan pengaruh angin Monsun Asia.

Kondisi tersebut diperkirakan memberikan dampak terjadinya kenaikan gelombang tinggi mencapai 4-6 meter.

Baca juga: Rumah warga Kampung Mimika Gunung hanyut akibat banjir bandang

Baca juga: Baznas Mimika pastikan terus bantu korban bencana banjir di Sentani

 

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021