Sosialisasi harm reduction adalah program yang dirancang sebagai upaya edukasi kepada masyarakat mengenai dampak dan bahaya merokok bagi diri sendiri serta lingkungan...
Jakarta (ANTARA) -
Konsep pengurangan bahaya atau harm reduction pada rokok dapat diterapkan dalam menghadapi pertumbuhan kedai kopi di Indonesia.
 
Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR), Ariyo Bimmo dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, menyampaikan penelitian yang pernah dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada membuktikan pengendalian perilaku merokok dan minum kopi di kedai kopi masih lemah.
 
"Sosialisasi harm reduction adalah program yang dirancang sebagai upaya edukasi kepada masyarakat mengenai dampak dan bahaya merokok bagi diri sendiri serta lingkungan atau orang-orang terdekat yang terkena asapnya serta sosialisasi strategi atau cara untuk dapat mengontrol diri dengan pengurangan resiko bahaya yang bisa diaplikasikan oleh setiap perokok," katanya.

Baca juga: Kurangi risiko penyakit kardiovaskuler dengan berhenti merokok
 
Ia mengemukakan, contoh implementasi dari harm reduction di antaranya penggunaan helm, eco-driving, energi yang terbarukan, plastik daur ulang dan produk tembakau alternatif.
 
"Penggunaan produk tembakau alternatif tidak sepenuhnya bebas risiko, namun produk ini mampu mengurangi risiko hingga 90 persen dan pengurangan bahaya asap bagi pengunjung kedai kopi yang tidak merokok, karena kandungan TAR yang terdapat pada rokok dapat merusak kesehatan, khususnya pada sistem kardiovaskuler," ujarnya.
 
Ia menambahkan perokok dan non-perokok sebenarnya mengetahui akan dampak buruk rokok bagi kesehatan, namun mengabaikan dan menyepelekan hal tersebut, karena perilaku hidup tidak sehat juga sangat dipengaruhi oleh sosio-kultural.
 
"Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang membuat masyarakat terbiasa untuk minum kopi di kedai kopi sambil merokok," katanya.

Baca juga: Mengenal konsep pengurangan risiko untuk yang sulit berhenti merokok
 
Pemilik Notificoffee, Dwi Kurnia menambahkan aktivitas minum kopi di kedai kopi biasanya erat dengan kebiasaan merokok.
 
Bagi pengunjung yang merokok, lanjut dia, rokok dianggap cocok sebagai teman bersantai sambil ngobrol di kedai kopi. Rokok bukan hanya menjadi kebiasaan saja, tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi pengunjung yang merokok.
 
Dwi mengatakan, saat ini berkunjung ke kedai kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup urban, dimana perokok dan non perokok bisa berkumpul dalam satu ruangan.
 
"Bahwa meminum kopi tidak hanya melibatkan kebutuhan dosis kafein belaka, melainkan adalah kegiatan psikis yang mengukuhkan identitas individu atau komunitas didalamnya," tuturnya.
 
Sementara itu, Co Founder Barista, Harry Stiadi mengatakan, salah satu penyebab perubahan tren budaya ngopi di kedai kopi di tengah masyarakat urban adalah harga kopi yang kian terjangkau, kepraktisan dalam penyajian serta keragaman rasa yang disesuaikan dengan selera konsumen.
 
"Padahal tadinya cukup dengan menyeduh kopi instan di rumah," ujarnya.

 
 
 
 
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021