Peluang usaha di sektor kelautan dan perikanan sangat prospektif. Untuk itulah, kita terbuka terhadap investasi di sektor ini
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) fokus dalam rangka mencari peluang terkait masuknya investasi yang berkelanjutan di sektor kelautan dan perikanan, seperti dalam bidang budidaya tambak udang serta industri pengolahan ikan kaleng.

"Peluang usaha di sektor kelautan dan perikanan sangat prospektif. Untuk itulah, kita terbuka terhadap investasi di sektor ini," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti di Jakarta, Selasa.

Artati mengingatkan bahwa ekspor hasil perikanan per Oktober 2021 mencapai 4,56 miliar dolar AS atau meningkat 6,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Kemudian dari sisi pembiayaan usaha kelautan dan perikanan, lanjut Dirjen PDSPKP, juga terdapat peningkatan signifikan, yaitu pada periode 5 tahun terakhir (2017-2021) meningkat rata-rata 4,58 persen per tahun.

Kepala Bidang Usaha Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan Ahmad Solah mengatakan pihaknya telah menawarkan peluang investasi usaha budidaya udang Vaname di daerahnya dengan luas lahan siap budidaya 1.100 ha.

Ahmad Solah memaparkan nilai investasi yang dibutuhkan sebesar Rp3,14 triliun dengan keunggulan seperti Kabupaten Pasuruan terletak di segitiga emas dan strategis karena dekat dengan ibukota Provinsi dan berada di persimpangan Kota/Kabupaten lain seperti Malang dan Probolinggo/ Banyuwangi.

"Pasuruan juga memiliki infrastruktur yang lengkap, lokasi tambak udang dekat dan mudah untuk pemasangan sambungan listrik PLN, akses jalan utama dan jalan tol baik ke bandar udara maupun ke pelabuhan ekspor, dan berbagai keunggulan lainnya," papar Solah.

Terkait komoditas udang, Destructive Fishing Watch (DFW) menyatakan pentingnya pembenahan mendasar atas beragam persoalan terkait produksi udang nasional guna mewujudkan produksi 2 juta ton pada tahun 2024 seperti ditargetkan KKP.

Koordinator Nasional DFW Indonesia Moh Abdi Suhufan menyatakan bahwa saat ini terdapat tiga masalah mendasar yang dihadapi dalam peningkatan produksi udang yaitu ketiadaan peta detil tambak, status lahan tambak, dan kondisi saluran air yang tidak berfungsi.

"Saat ini belum ada peta detail tambak di Indonesia untuk keperluan manajemen dan engineering di tingkat farm level," kata Abdi.

Menurut dia, rencana KKP untuk melakukan revitalisasi tambak udang tradisional seluas 5.000 ha di seluruh Indonesia patut dipertanyakan perkembangannya.

Selain itu, ujar dia, terdapat pula permasalahan seperti status dan kepemilikan lahan budidaya menjadi sensitif dan berkontribusi pada kegagalan program budidaya udang selama ini.

“Data kami di Sulawesi Tenggara, karena keterbatasan lahan hampir 50 persen kawasan tambak berada di kawasan lindung mangrove khususnya di Kabupaten Konawe Selatan, Bombana dan Muna Barat,” kata Abdi.

Ia berpendapat bahwa target 2 juta ton pada 2024 akan tercapai bila ada perubahan dan reformasi program budidaya perikanan, serta jika intervensinya terbatas hanya penyediaan atau bantuan sarana dan prasarana seperti benih, pintu air dan genset.

Baca juga: KNTI: Udang tolok ukur komoditas perikanan budi daya Indonesia
Baca juga: KKP gandeng pakar genetika budidaya, guna hasilkan udang unggul
Baca juga: Mengenal teknologi Oxibam untuk budidaya udang vaname

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021