Jakarta (ANTARA) - Pasien penyakit reumatik inflamasi autoimun (AIIRD) perlu dapat vaksinasi COVID-19 karena keuntungannya lebih besar dibandingkan risiko terkena COVID-19, kata spesialis penyakit dalam Prof. Dr. dr. Harry Isbagio, SpPD-KR, KGer.

"Walau belum ada data lengkap efikasi dan keamanan vaksin COVID-19 pada pasien AIIRD, keuntungan melakukan vaksinasi lebih besar dari risiko terkena COVID-19," kata Harry dalam webinar kesehatan, Selasa.

Guru Besar Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, vaksinasi COVID-19 untuk penderita reumatik inflamasi autoimun direkomendasikan sebab risiko COVID-19 lebih tinggi pada penderita penyakit tersebut.

Selain itu, dibandingkan populasi umum, pasien reumatik inflamasi autoimun lebih berisiko tertular COVID-19, terkena kondisi penyakit berat meningkat juga mortalitasnya meningkat.

Baca juga: Lupus sulit didiagnosis tapi bisa dideteksi lewat SALURI

"Maka, sangat rasional memberikan vaksinasi COVID-19 untuk pasien AIIRD," katanya.

Terkait keamanan vaksin COVID-19 untuk pasien AIIRD, belum ada informasi soal kemungkinan efek samping tertentu pada pasien AIIRD. Sebab, secara umum pengetahuan soal keamanan vaksinasi COVID-19 terhadap pasien AIIRD sangat terbatas karena semua uji klinik vaksin tidak menyertakan pasien imunosupresif, termasuk pasien AIIRD.

Belum diketahui secara pasti juga apakah vaksinasi COVID-19 pada pasien AIIRD berpotensi menimbulkan kekambuhan.

Dia menjelaskan hal-hal yang harus dipahami seputar vaksinasi COVID-19 untuk pasien AIIRD. Pertama, lakukan sebisa mungkin dalam kondisi remisi. Vaksin COVID-19 yang tersedia, non-live vaccine yang aman dengan efikasi baik, saat ini bisa digunakan. Setelah mendapat vaksin, pasien perlu dimonitor untuk kemungkinan anafilaktik.

"Obat DMARD dapat dilanjutkan sebelum dan sesudah vaksinasi, kecuali untuk kortikosteroid perlu disesuaikan dosisnya. Untuk siklofosfamid, Rituximab, abatacept, Jak-inhibitor dan MTX perlu disesuaikan waktu pemberiannya," kata dia.

Kemudian, protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 juga harus tetap dijalankan walau pasien sudah mendapat vaksinasi.

Harry menuturkan, pandemi COVID-19 kemungkinan akan dapat menyebabkan munculnya penyakit autoimun, termasuk penyakit autoimmune inflammatory rheumatic, seperti lupus, artritis reumatoid.

"Gejala penyakit AIIRD dapat muncul sewaktu-waktu; tetapi pasien mengalami kesulitan mengakses layanan kesehatan karena kurangnya tenaga spesialis yang menangani pasien-pasien dengan AIIRD; bagi pasien yang sedang dalam perawatan, membutuhkan lebih banyak biaya pengobatan hingga pasien menghadapi kendala keuangan.”

Imunogenesitas (respon tubuh terhadap vaksin) pada jenis vaksin SARS-COV2 yang inaktif, mRNA, dan viral vector lebih rendah pada pasien AIIRD dibanding pada populasi umum. Sedangkan untuk tingkat keamanan vaksin tersebut sama saja.

"Perbedaan imunogenesitas ini dapat dikarenakan karena penggunaan obat imunosupressif pada pasien AIIRD. Mengingat, pasien AIIRD memiliki risiko yang lebih tinggi terkena infeksi COVID-19 dan lebih berat hal ini membuat vaksinasi COVID-19 menjadi bagian penting dari perawatan, dan vaksinasi dapat diberikan atas persetujuan dari dokter yang merawat," pungkas dia.

Baca juga: Tantangan COVID-19 terhadap penderita reumatik inflamasi autoimun

Baca juga: FKUI luncurkan aplikasi Lupusku untuk tingkatkan kepatuhan terapi

Baca juga: Pola makan dan olahraga, kunci sehat penyandang Lupus

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021