Jakarta (ANTARA) - Chief Strategist Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) Yurdhina Meilisa mengapresiasi langkah pemerintah melalui Kementerian Keuangan yang mengurangi golongan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) dari 10 menjadi 8 golongan.

"Kami senang karena ada kemajuan dari sisi penyederhanaan tiers cukai rokok. Penelitian kami selama pandemi konsumsi rokok tidak turun meski pendapatan rumah tangga menurun karena terdapat terlalu banyak variasi harga rokok di lapangan," kata Meilisa dalam konferensi pers yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan bahwa perokok yang pendapatannya berkurang karena COVID-19 akan cenderung mencari rokok yang berharga lebih murah alih-alih berhenti sama sekali. Karena itu diharapkan penyederhanaan golongan tarif CHT membuat masyarakat berpikir lebih panjang saat hendak mengkonsumsi rokok.

Sebelumnya pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengatakan akan meningkatkan tarif cukai rokok 2022 rata-rata sebesar 12 persen. Pemerintah juga menyederhanakan golongan tarif cukai rokok dari 10 menjadi 8 golongan.

Baca juga: Bea Cukai Jateng-DIY memusnahkan jutaan rokok dan pita cukai ilegal

Menurutnya, pemerintah sebetulnya memiliki peluang untuk meningkatkan CHT sampai 45 persen. Sampai titik kenaikan itu, pendapatan negara dari cukai rokok tidak akan berkurang karena masyarakat masih mampu membeli rokok.

"Hitung-hitungan kami efektivitas CHT masih bisa dioptimalkan sampai kenaikan 45 persen sebetulnya dari kondisi tahun ini," katanya.

Selain tarif dan golongan tarif CHT, konsumsi rokok menurutnya dapat dikendalikan melalui pengaturan terkait pengemasan rokok. Meski CHT naik, rokok yang bisa dijual dalam jumlah lebih sedikit ataupun secara eceran mempermudah konsumen rokok.

"Kita harap kebijakan penurunan golongan tarif CHT menjadi langkah awal Kementerian Keuangan untuk lebih berani dalam mendesain kebijakan yang optimum. Dan ini menjadi sinyal bagi kementerian lain yang selama ini kontra dengan kenaikan CHT bahwa ada keseriusan pemerintah mencapai target pengurangan perokok pemula," katanya.

Ia mengatakan prevalensi perokok perlu diturunkan untuk mengurangi potensi penyakit yang timbul dari konsumsi rokok. Ia pun diharapkan cukai rokok lanjut digunakan bukan hanya untuk menambah pendapatan negara tapi juga pengendalian konsumsi rokok.

Baca juga: Warga Yogyakarta buruh pabrik rokok terima BLT dari cukai tembakau

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021