Manado (ANTARA News) - Panel Ilmiah Independen (PII) menilai kualitas mutu air di Teluk Buyat, Sulawesi Utara tidak terindikasi mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan biota laut.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata di Manado Sabtu mengatakan, berdasarkan laporan disampaikan PPI, untuk kualitas air laut telah dilakukan pengambilan dan analisis mutu air laut pada tahun 2010 sebanyak dua kali yaitu pada 20 Mei 2010 dan 21 September 2010.

Data hasil survei dan analisis laboratorium menunjukkan kecenderungan yang mirip dengan hasil survei sebelumnya dari tahun 2007-2009.

"Hasil analisis laboratorium berupa konsentrasi setiap parameter dari semua sampel berada di bawah baku mutu air laut yang ditetapkan Pemerintah Indonesia untuk biota laut sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004, sehingga tidak ada indikasi adanya dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan biota laut," kata Suharna pada presentasi publik hasil pemantauan lingkungan Teluk Buyat tahun 2010 oleh PPI.

PII dibentuk sebagai kelanjutan dari perjanjian itikad baik (goodwill agreement) yang ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan PT Newmont Minahasa Raya (PTNMR) pada 16 Februari 2006.

Suharna Surapranata mengatakan, survei terhadap stratifikasi kolom air menurut suhu dan salinitas dengan melakukan pengukuran konduktivitas, suhu dan kedalaman, dilakukan dua kali yakni 20-22 Mei 2010 dan 21 September 2010.

Profil data menunjukkan bahwa umumnya air laut di Teluk Buyat dan di lokasi acuan berstratifikasi sedemikian, dimana lapisan air yang lebih tinggi suhu dan salinitas lebih rendah terdapat di dekat permukaan.

Makin kedalam makin rendah suhunya tapi makin tinggi salinitasnya dan akibatnya makin padat.

"Walaupun terdapat variabilitas, kajian terhadap profil kolom air oleh PII sejak tahun 2007 di Teluk Buyat memperlihatkan adanya zona transisi yang relatif stabil dan terdapat lapisan antara 15-45 meter di bawah permukaan," katanya .

Terkait dengan Batimetri dasar laut, katanya, telah dilakukan survei pada September 2010.

Dibandingkan dengan hasil survei pada tahun sebelumnya yakni 2007,2008,2009, hasil survei ini memperlihatkan tidak ada perubahan posisi atau bentuk gundukan tailing di Teluk Buyat selama kurun waktu 2007-2010.

Hasil survei Batimetri selama program pemantauan empat tahun ini konsisten dengan hasil survei sebelumnya terkait dengan lokasi dan bentuk gundukan tailing di Teluk Buyat.

"Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tailing secara fisik cukup stabil dan tidak tersebar ke lokasi sekitar," katanya.

Untuk kualitas sedimen, dia mengatakan, telah melakukan pengambilan sampel untuk analisis kimia dan ukuran partikel sedimen di Teluk Buyat dilakukan dua kali masing-masing 21 Mei dan 22 September 2010.

Hasil menunjukkan bahwa tailing masih berada pada lokasi tapak, dan padatan tailing tidak terdisitribusi ke daerah lain di Teluk Buyat.

"Selanjutnya tidak ada indikasi bahwa logam-logam berat sedimen telah telepas ke kolom air," katanya.

Dia mengatakan, survei makrobenthos, dilakukan untuk mengevaluasi apakah lokasi penempatan tailing , telah dihuni oleh makrobenthos dibandingkan stasiun -stasiun lain di sekitarnya.

"Komunitas makrobenthos pada Stasiun 4 ini mengalami peningkatan yang tajam dalam kelimpahan dan indeks biologi terkait dengan keragaman, kemerataan dan dominansi," katanya

Dia mengatakan, untuk pemantauan kondisi komunitas terumbu karang di Teluk Buyat dan sekitarnya telah dilaksanakan selama tujuh kali sejak tahun 2007-2010.

"Hasil tujuh kali pemantauan dengan menggunakan teknik Manta Tow dan LIT (Line Intrecept Trancert) di berbagai lokasi menunjukkan, indeks keragaman karang batu dan indeks keragaman ikan tinggi," ujarnya.

Sedangkan keterkaitan kandungan logam pada ikan, dia mengatakan telah dilakukan pengambilan sampel ikan lingkungan di Teluk Buyat dan lokasi rujukan.

Hasilnya mirip dengan survei dilaksanakan pada tahun 2007, 2008 dan 2009.

Semua nilai sebanding dengan nilai rata-rata, dan kisaran arsen dan merkuri dalm ikan sebelum operasi penambangan mesel dimulai. Selain itu , konsentrasi arsen dan merkuri dalam ikan yang ditangkap di Teluk Buyat, tidak secara signifikan berbeda dengan sampel yang diambil, di lokasi rujukan.

"Konsentrasi rata-rata arsen dan merkuri dalam sampel ikan berada di bawah ambang batas panduan kesehatan WHO dan FAO, dan oleh karenanya semua hasil uji logam jaringan ikan 2010 tetap menunjukkan ikan yang ditangkap di lokasi pemantauan adalah aman untuk di konsumsi manusia," katanya.

Dia mengatakan, juga telah dilakukan survei ketersediaan ikan dan makanan laut lainnya selama jangka waktu 12 bulan di Teluk Buyat, Pasar Tradisional Desa Buyat dan Ratatotok.

Hasil yang disajikan, sebagai berat basah ikan dan makanan laut lainnya memberikan pedoman bagi survei di masa mendatang dengan peringkat jenis ikan sesuai dengan ketersediaan tahunan dan pola komsumsi mereka," katanya.

Tim PII terdri dari enam orang masing-masing Prof Dr Magdalena Irene Umboh dari Universitas Negeri Manado, Prof Dr Ineke FM Rumengan MSc dari Universitas Sam Ratulangi, Prof dr Amin Subandrio Phd dari Universitas Indonesial, Thomas Sheperd Phd dari Sheperd Consulting Inc .For Collins, USA, Keith William Bentley PhD dari Centre For Environmental Health, Australia, dan Dr Achmad Sjarmidi MSI, DEA dari Institut Teknologi Bandung.

Pada acara yang dhadiri antara lain, Wakil Gubernur Sulut Djouhari Kansil, sejumlah Tim PII menyampaikan presentasi tentang hasil evaluasi pemantauan lingkungan Teluk Buyat tahun 2010 tersebut.(*)

(T.J009/B013)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011