Jakarta (ANTARA News) - Penelitian kelautan yang dilakukan Conservation International (CI) di Indonesia, bersama-sama mitra lokalnya menghasilkan temuan delapan spesies ikan karang dan satu spesies karang yang diduga baru di perairan Bali.

"Survei memperlihatkan adanya peningkatan persentase tutupan karang sehat dibandingkan 12 tahun lalu di sebagian besar titik penyelaman memberi indikasi bahwa terumbu karang Bali sedang dalam fase pemulihan. Dalam survei ini juga ditemukan spesies yang diduga baru," demikian pernyataan pers Executive Director CI Indonesia, Ketut Sarjana Putra, melalui yang diterima di Jakarta, Minggu.

Di antara spesies yang diduga baru, tercatat dua jenis ikan kardinal, dua varietas dottybacks, satu jenis belut laut, satu jenis sand perch, satu jenis fang blenny, spesies baru gobi, dan satu spesies karang gelembung Euphyllia yang sebelumnya tak dikenal.

"Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengkonfirmasi dan menetapkan taksonomi dan setiap spesies tersebut," tambahnya.

Dalam survei pengkajian cepat ini, sejalan dengan survei yang dilaksanakan oleh CI bersama mitranya dengan pemerintah Bali pada November 2008 di Nusa Penida, tercatat 953 spesies ikan karang dan 397 spesies karang di perairan pesisir Bali.

Survei yang merupakan bagian dari program 20 tahun kaji cepat (Rapid Assessment Program-RAP) CI ini dilaksanakan atas permintaan pemerintah provinsi Bali dan Dinas Perikanan dan Kelautan untuk mengkaji kesehatan terumbu karang dan menyusun rekomendasi teknis pengelolaan bagi 25 wilayah yang diusulkan untuk menjadi jejaring kawasan konservasi laut di Bali.

"Data Bali RAP ini akan dijadikan pedoman untuk menentukan wilayah prioritas calon Kawasan Konservasi Perairan dalam merancang jejaring Kawasan Konservasi Perairan Bali," tambahnya.

Penasehat ilmiah senior program kelautan Conservation International Indonesia, Mark Erdmann, tidak menduga menemukan keragaman habitat yang tinggi dan terumbu karang yang dalam tahap pemulihan dari pemutihan karang (bleaching) kegiatan penangkapan ikan yang merusak, dan wabah bintang laut berduri di tahun 1990-an.

"Survei kami laksanakan di 33 lokasi sekitar Bali, hampir mengitari pulau ini, dan kami sangat terkesan oleh yang kami lihat," kata Mark Erdmann.

Meskipun dalam survei ini karang teramati dalam kondisi pemulihan yang baik dengan rasio tujuh banding satu antara karang hidup dan mati, teramati pula oleh tim survei bahwa ikan karang jenis tertentu telah terkuras habis.

Dalam kurun lebih dari 350 jam-orang penyelaman, teramati oleh tim survei hanya tiga ekor hiu karang dan tiga ekor ikan napoleon. Hal ini berlawanan dengan kondisi sistem karang yang sehat dengan banyak predator besar yang biasanya diamati penyelam dalam sekali selam.

Tim survei juga mengamati tingginya tingkat polusi plastik dan tingginya jumlah penangkap ikan di zona inti di Taman Nasional Bali Barat.

Tim CI merekomendasikan penentuan wilayah prioritas yang memerlukan perlindungan segera, pentingnya tata ruang yang terpadu antara darat dan laut untuk mengurangi konflik antara wisata bahari dan kegiatan penangkapan ikan yang merusak.

Serta komitmen pentaatan dan pendanaan publik bagi pengelolaan kawasan konservasi laut, perlunya upaya yang sungguh-sungguh dan ketat dalam mengurangi polusi plastik serta pengelolaan aliran permukaan dari saluran buangan perkotaan dan pertanian.
(T.D016/E001)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011