USG, lebih canggih lagi karena panjang paha bayi dalam rahim bisa diukur
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebutkan bahwa anak yang berpotensi mengalami stunting (kekerdilan) saat ini sudah bisa dideteksi lewat pemantauan yang dilakukan dengan ultrasonografi (USG).

“Sekarang teknologi sudah canggih. Kalau memakai bantuan USG, itu bisa lebih canggih lagi karena panjang paha bayi atau janin dalam rahim itu bisa diukur,” kata Hasto dalam Talkshow “Penguatan Kerja Sama BKKBN-Kemenag-BRIN dalam Pencegahan Stunting dari Hulu Bagi Calon Pengantin” yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Hasto menuturkan, melalui pemantauan yang dilakukan ibu melalui USG, dapat diperkirakan apakah panjang bayi dalam kandungan mencapai 48 sentimeter atau tidak.

Melalui USG, dapat diperkirakan pula apakah panjang paha bayi yang sudah mendekati waktu lahir mencapai tujuh sentimeter atau tidak. Sebab bila bayi tidak mencapai panjang tersebut, maka dapat diduga berisiko menjadi stunting.

Menurut Hasto, hal yang sama juga dapat dilakukan di desa. Namun bedanya, tenaga kesehatan dapat menggunakan meteran sebagai pengganti USG untuk mengukur tinggi dan lingkar perut ibu hamil yang bersangkutan.

Baca juga: BKKBN perkuat kerja sama dengan Kemenag dan BRIN tuntaskan stunting

Baca juga: Ahli: Cegah stunting jangan hanya sampai 1.000 hari pertama kehidupan


“Itu sudah ada rumusnya. Jadi kalau tingginya sekian, maka beratnya sekian, sehingga menjadi praktis. Saya percaya tim pendamping keluarga, ibu-ibu bidan dan juga kader di lapangan sudah sangat memahaminya,” ujar Hasto.

Dalam kesempatan itu pula, guna mencegah anak memiliki potensi stunting bahkan sejak berada dalam kandungan, dia mengimbau semua calon ibu untuk memeriksakan kondisi kesehatannya tiga bulan sebelum melaksanakan pernikahan.

Pemeriksaan kesehatan itu meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, memeriksa Hemoglobin (Hb) dalam darah serta memeriksa apakah ibu memiliki anemia. Hal-hal yang diukur itu, nantinya dapat menjadi prediktor bagi ibu sehingga dapat mencegah janin yang dikandung tumbuh dalam lambat atau kekurangan nutrisi.

Ia juga menekankan pihaknya akan terus membantu dan mendorong para ibu supaya rajin memeriksakan kondisi kesehatan diri dan kandungannya ke fasilitas kesehatan terdekat dengan nyaman, supaya Indonesia dapat memiliki generasi emas yang berkualitas di masa depan.

“BKKBN tentu tidak hanya memberikan treatment tapi juga akan mendorong datang ke puskesmas atau rumah sakit. BKKBN juga membantu melalui aplikasi memberikan konseling secara virtual baik dalam saran pemberian tablet darah hingga pengiriman modul bagi calon ibu yang memiliki anemia,” kata dia.

Baca juga: BKKBN resmikan kartu kembang anak online guna pantau kesehatan anak

Baca juga: Wapres: Percepatan penurunan angka stunting perlu komitmen bersama


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021