Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj meminta konflik yang pernah terjadi antara NU dengan PKB untuk dilupakan, karena konflik itu tidak akan menguntungkan siapapun.

"Tantangan di luar cukup banyak, karena kelompok radikal teologi sudah mulai ada yang menjadi radikal teroris, mulai dari Wahabi, Salafi, dan banyak lagi," katanya di Surabaya, Selasa malam.

Ia mengemukakan hal itu dalam sambutan pada kerja sama pelatihan ketenagakerjaan di pesantren di Gedung PWNU Jatim yang dibuka Menakertrans HM Muhaimin Iskandar MSi yang juga Ketua Umum DPP PKB itu.

Menurut dia, untuk menghadapinya gerakan radikalisasi yang mulai berani itu diperlukan persatuan dan "tasamuh" (saling pengertian) di lingkungan NU.

"Kalau dulu konflik ya lupakan. Ibarat suami-istri itu, mungkin kita pernah bertengkar, tapi kebersamaan harus tetap dibela sampai mati, karena kita harus mementingkan anak dan cucu," katanya.

Bahkan, katanya, kebersamaan itu lebih banyak menguntungkan daripada konflik, apalagi kalau konflik dengan semuanya yakni istri, anak, dan cucu, tentu akan lebih menyusahkan.

"Misalnya, kerja sama kali tentu ada untungnya, kalau tidak pun tidak akan sampai merugikan," katanya, sambil tersenyum kepada Wakil Rais Syuriah KH Agoes Ali Masyhuri dan Ketua PWNU Jatim KH Hasan Mutawakkil Alallah.

Ketika dikonfirmasi tentang dukungan kepada PKB setelah acara usai, Said Aqil menegaskan bahwa PKB itu dilahirkan tim 5 yang merupakan para tokoh NU.

"Saya dan almarhum pak Rozy Munir juga pernah ikut merumuskan," katanya.

Ditanya rencana Yenny Wahid mendirikan Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia (PKBI), ia mengatakan PKBI itu belum lahir.

"Ada, tapi `kan belum (didaftarkan) resmi," katanya.

Dalam kesempatan itu, Muhaimin menjalin kerja sama dengan PWNU untuk pelatihan ketenagakerjaan di pesantren dan rencana pengiriman santri untuk magang di Jepang.

Sebelumnya, Muhaimin menghadiri walimatul khitan dari putra pengurus DPP PKB HM Anwar Rachman SH MH yakni Azmy Hawari Sunny AR di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. (*)

(T.E011/B013)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011