Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan transaksi berjalan Indonesia 2021 kemungkinan akan mengalami surplus 0,3 persen sampai defisit 0,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Perkiraan tersebut seiring dengan kinerja transaksi berjalan pada triwulan IV-2021 yang diprediksikan membaik, didorong oleh surplus neraca barang yang berlanjut.

"Untuk tahun 2022, diperkirakan transaksi berjalan akan mengalami defisit yang tetap rendah dalam kisaran 1,1 persen hingga 1,9 persen PDB, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia," tutur Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Desember 2021 di Jakarta, Kamis.

Dengan transaksi berjalan yang kemungkinan surplus, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2021 diperkirakan tetap baik, ditopang oleh neraca perdagangan November 2021 yang mencatat surplus sebesar 3,5 miliar dolar AS.

Perry menjelaskan surplus neraca perdagangan didukung oleh kinerja ekspor komoditas utama, seperti batu bara, besi dan baja, dan kimia organik.

Sementara itu, terdapat penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik, tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net outflows sebesar 2,3 miliar dolar AS pada periode Oktober hingga 14 Desember 2021.

NPI juga akan ditopang posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2021 yang meningkat, yakni menjadi 145,9 miliar dolar AS atau setara pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Posisi cadangan devisa juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor," ungkap dia.

Baca juga: Gubernur BI sebut kredit perbankan tumbuh 4,7 persen pada November

Baca juga: BI catat nilai tukar rupiah melemah terbatas pada pertengahan Desember

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021