Jakarta (ANTARA) - Nama aktor dan sutradara film layar lebar Thomas Nawilis menjadi sorotan setelah tercantum dalam daftar Pengurus Besar Persatuan Sepatu Roda Seluruh Indonesia (PB Porserosi) pimpinan Velix Vernando Wanggai masa bakti 2021-2025.

Dia mengemban tugas dengan memegang jabatan pada Komisi Sepatu Roda Inline-Aggressive. Bagi aktor yang terkenal lewat sinetron "Di Sini Ada Setan" itu, sepatu roda bukan dunia baru. Dia telah lama menekuni olahraga tersebut.

Selain sibuk di belakang layar sebagai sutradara, Thomas memang hobi bermain sepatu roda, khususnya aggressive inline skate. Bahkan, kata Thomas, dia telah mengenal sepatu roda sejak 1994 silam

Tak heran jika kecintaannya terhadap olahraga ini begitu dalam. Bahkan, pria kelahiran 26 November 1978 ini juga memiliki toko sepatu roda bernama 8ROLL SKATES untuk memenuhi kebutuhan para pecinta sepatu roda, khususnya yang menekuni urban dan aggressive.

Dia juga kerap mengunggah kegiatan bermain inline skate dalam akun YouTube. Lebih dari itu, ada tip dan trik tertentu yang dia bagikan kepada masyarakat luas.

Baca juga: KONI Pusat lantik dan kukuhkan PB Porserosi pimpinan Velix Vernando 

Maka tak heran jika ia mendapat mandat dari Velix Vernando Wanggai untuk membantu membangun prestasi sepatu roda Indonesia.

Thomas menyebut ini merupakan kali pertama aggressive inline skate masuk dalam naungan PB Porserosi.

Dia berharap dengan jabatan yang diembannya saat ini, kontribusi untuk "mensepatu rodakan" Indonesia lebih besar. Lebih spesifik, ia mengaku ingin lebih mengenalkan dan membuat agar disiplin aggressive inline skate semakin memasyarakat.

Sebagai informasi, aggressive inline skate atau di dunia juga disebut dengan roller freestyle merupakan satu di antara disiplin yang berada dalam naungan World Skate atau sebelumnya bernama Federation International de Roller Sport (FIRS).

World Skate sendiri menaungi disiplin lainnya, yakni skateboard, speed, artistik, inline alpine, inline downhill, inline freestyle, inline hockey, rink hockey, roller derby, scooter dan skate cross. 
 

Thomas adalah sosok yang lebih fokus pada aggressive, yang notabene masuk kategori olahraga ekstrem.

"Mungkin aggressive paling muda di antara disiplin lainnya yang berada di bawah naungan Porserosi. Karena memang aggressive inline skate di Indonesia, bahkan di dunia, tidak begitu besar seperti olahraga ekstrem lainnya, seperti skateboard atau BMX," kata Thomas kepada ANTARA disela-sela pelantikan dan pengukuhan kepengurusan PB Porserosi masa bakti 2021-2025 di Kantor KONI Pusat, Jakarta, Kamis.

Dalam perjalanannya, lanjut Thomas, popularitas aggressive inline skate di Tanah Air turun naik. Pada periode 2010 hingga 2015, aggressive bangkit dan banyak peminatnya. Namun setelah itu turun.

"Dari dulu, bahkan di dunia, seperti hidup enggak, mati juga enggak. Tidak sebesar skateboard atau BMX, tapi aggressive inline skate tidak pernah mati. Selalu ada," ujar Thomas.

Popularitas olahraga ekstrem ini makin meningkat pada 2019 hingga saat ini. Kata Thomas, banyak orang yang mulai kembali tertarik untuk mendalami olahraga penuh trik dan bisa dimainkan di berbagai tempat seperti halaman rumah, taman dan lainnya itu.

"Pada pandemi COVID-19, banyak orang yang ingin mencoba olahraga baru. Aggressive inline skate menjadi salah satu opsi. Masyarakat kini makin banyak yang tahu bahwa bukan cuma urban atau speed, ternyata ada yang ekstrem juga untuk inline skate," ujar Thomas.

Berbeda dengan skateboard atau BMX, aggressive inline skate tidak butuh peralatan atau perlengkapan yang rumit. Cukup dengan sepatu dan bisa langsung meluncur.

Perbedaan dulu dan saat ini terbilang mencolok seiring pudarnya skeptisisme dan stigma terhadap olahraga urban. Bahkan, kini olahraga urban makin menyita perhatian dengan masuk dan debutnya skateboard pada Olimpiade Tokyo 2020.

Bukan tidak mungkin, suatu saat aggressive inline skate pun bisa dilombakan dalam pesta olahraga terbesar di dunia tersebut. Meski begitu, kejuaraan aggressive inline skate berskala internasional marak terselenggara.

Baca juga: Arena skateboard dan sepatu roda di Pulau Pramuka rampung sebulan lagi 

Indonesia memiliki sejumlah atlet-atlet berprestasi. Sebut saja Jessy Suryanegara yang kerap kali menjadi wakil Indonesia di kompetisi internasional. Ia pernah tampil dalam Festival International des Sports Extremes atau FISE yang diadakan di Montpellier, Prancis pada 2017.

Thomas pun optimistis aggressive inline skate di Tanah Air bakal lebih bergeliat. Terlebih, berada dalam naungan PB Porserosi.

"Mulai berkembang dan mulai banyak. Saya juga suka main bareng komunitas, penggemarnya bertambah. Mereka awalnya bermain sepatu roda dari basic dan akhirnya lari ke aggressive. Tapi juga ada yang melihat secara langsung dan tertarik bergabung," jelas Thomas.

Untuk mencari kebutuhan pecinta aggressive inline skate pun, seperti sepatu atau perlengkapan lainnya, kini semakin mudah. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pun demikian dengan fasilitas lainnya, seperti skate park atau arena untuk memainkannya yang kini mudah ditemukan.

Tak heran, skate park kini tak hanya didominasi para skater dan rider BMX, tapi juga dihiasi oleh pecinta aggressive inline skate.

Dengan fasilitas mendukung dan dukungan PB Porserosi, Thomas berharap bibit-bibit potensial semakin banyak. Dia pun berencana untuk menggelar kejuaraan secara rutin.

Di Tanah Air, ada Indonesia Open Xtreem-Sports Championship (IOXC) yang merupakan kejuaraan olahraga ekstrem berskala internasional yang diselenggarakan setiap tahun.

"Kalau memang kondisi dan sudah memungkinkan, ingin banyak event-event antar kota dulu. Kami berharap pada tahun 2022, minimal ada empat event yang bergulir," pungkas Thomas. 

Baca juga: Perlombaan sepatu roda di PON jadi pondasi pembinaan bibit muda Papua 
Baca juga: Barijani Mahesa, mahasiswa UI peraih 5 medali sepatu roda PON Papua 

 

Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021