Sektor air minum diharapkan dapat mencapai target universal akses 100 persen bagi masyarakat.
Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh terus mengejar target universal akses layanan air minum pada 2030, dan untuk mewujudkannya perlu dukungan semua pihak dalam upaya peningkatan dan perbaikan akses air.

"Sektor air minum diharapkan dapat mencapai target universal akses 100 persen bagi masyarakat," kata Gubernur Aceh Nova Iriansyah dalam pidatonya yang dibacakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA0 Ilyas, di Banda Aceh, Kamis.

Pernyataan Gubernur Aceh yang dibacakan Kepala BPBA Ilyas dalam kegiatan Konferensi Air Aceh 2021 dengan tajuk 'Arah Kebijakan dan Strategi Aceh dalam Mencapai Akses Air Merata dan Universal 2030, di Banda Aceh.

Ilyas mengakui bahwa kondisi yang yang ada di Aceh untuk saat ini masih belum memenuhi harapan. Karena itu, langkah perbaikan dan peningkatan akses air minum harus terus dilakukan melalui kerja keras dan dukungan semua pihak.

"Harapan kita, pada tahun 2030 universal akses untuk layanan air minum ini dapat kita wujudkan secara optimal. Negara wajib menyediakan kebutuhan air untuk warga," ujarnya.

Ilyas menuturkan, pemerintah menyadari bahwa program penyediaan air bagi masyarakat tidak boleh diabaikan. Maka dari itu dalam RPJM Aceh 2019-2024 persoalan air turut menjadi perhatian.

Berbicara tentang ketersediaan air di Aceh, kata Ilyas, maka hal itu tidak terlepas dari keberadaan sungai yang ada di berbagai daerah sebagai sumber utama penghasil air.

"Aceh termasuk salah satu wilayah yang memiliki sungai cukup banyak di Indonesia. Berdasarkan data Balai Wilayah Sungai Sumatera I, ada 11 wilayah sungai di seluruh Aceh yang mengalirkan air ke 481 anak sungai lain," katanya pula.

Namun, ujar Ilyas, upaya untuk melestarikan aliran sungai sejauh masih belum maksimal. Maka bukan sesuatu yang asing lagi jika beberapa aliran sungai di Aceh mulai terkontaminasi berbagai limbah.

Karena itu, upaya untuk mencegah pencemaran air sungai harus lebih ditingkatkan. Apalagi potensi kerusakan dan penurunan kualitas air sungai cukup tinggi akibat kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat air sungai.

"Jika kita kurang memberikan perhatian bagi pelestarian aliran sungai itu, dikhawatirkan pencemaran akan lebih meningkat," katanya lagi.

Ilyas menjelaskan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus penyakit yang berhubungan dengan air, dan lebih kurang lima juta dari kasus penyakit tersebut berujung pada kematian.

Ilyas menambahkan, permasalahan ini seharusnya menggugah kepedulian terhadap kualitas air sungai. Oleh sebab itu, perlu mendorong adanya komunikasi antarstakeholder guna mendorong lahirnya program pelestarian dan pengelolaan sumber air di Aceh.

"Semoga perjuangan kita dalam melahirkan kebijakan untuk membangun akses air berkualitas yang merata di Aceh pada 2030 dapat terwujud," demikian Ilyas.
Baca juga: ACT produksi air minum untuk dibagikan gratis

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021