Tanjungpinang (ANTARA) - Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri mengapresiasi asal usul Bahasa Indonesia berasal dari Pulau Penyengat, yang terletak di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Menurut dia, Pulau Penyengat, sebuah pulau kecil dengan jumlah penduduk yang sedikit itu telah memberikan sumbangsih bahasa persatuan nasional yang dipakai ratusan juta penduduk Indonesia.

"Peninggalan Bahasa Melayu sebagai cikal bakal Bahasa Indonesia, membuktikan bahwa setiap komponen bangsa bisa mengukir sejarah bagi republik ini. Jadi ini sumbangan besar bangsa Melayu bagi bangsa ini," kata Salim Segaf saat berkunjung ke Pulau Penyengat, Jumat.

Dia didampingi keturunan (zuriyat) Kesultanan Riau-Lingga berziarah ke makam Raja Ali Haji, seorang pahlawan nasional yang dimakamkan di Pulau penyengat.

Raja Ali Haji adalah peletak dasar bahasa Melayu yang kemudian diangkat menjadi bahasa Indonesia.

Makam Raja Ali Haji bersebelahan dengan makam Raja Hamidah, salah satu permaisuri Kesultanan Riau-Lingga yang memimpin wilayah Kepri hingga Johor Malaysia pada zamannya.

Baca juga: Uhamka kantongi izin pembukaan prodi doktor Bahasa Indonesia

Mantan Menteri Sosial di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu juga terkesima dengan gurindam 12 karya Raja Ali Haji.

Naskah gurindam 12 terukir di dinding makam Raja Hamidah. Kandungan Gurindam 12 bagi Salim sangat dalam.

"Misalnya pasal 12 yang berbicara tentang hati dan akhirat, yakni bagaimana akhirat amat nyata bagi yang tidak buta. Ini warisan literasi yang amat besar bagi kesusasteraan Indonesia, muncul dari penulis, ulama dan penasihat di Kesultanan Riau-Lingga, Raja Ali Haji," tutur Salim.

Usai dari Makam Raja Ali Haji, Salim bergerak ke makam Raja Haji Fisabilillah, pahlawan nasional yang juga dimakamkan di Pulau Penyengat.

Kompleks Raja Haji Fisabilillah berdampingan dengan makam mufti kesultanan Habib Sheikh bin Habib Alwi Assegaf, ulama asal Hadramaut yang mengabdikan dirinya hingga wafat bagi masyarakat Melayu.

Lanjutnya ini adalah peninggalan para pejuang di garis depan melawan penjajah pada era kolonial. Semangatnya tidak menyerah dan tidak mau tunduk.

"Hari ini penjajahannya dalam bentuk lain, ekonomi kita dijajah, budaya kita. Maka, kita bangga bangsa Melayu menjadi salah satu penjaga kedaulatan bangsa," ujar Salim.

Baca juga: Masyarakat Afrika Barat antusias ikuti kelas bahasa Indonesia

Salah satu keturunan Kesultanan Riau-Lingga Raja Abdurrahman mengatakan salah satu tugas Engku Putri Raja Hamidah adalah melegetimasi kekuasaan para sultan.

Permaisuri Sultan Mahmud Syah III ini memegang elemen penting adat pengangkatan sultan dengan regalia kerajaan.

Ia berkuasa memilih, mengangkat dan melegitimasi sultan yang baru. Hingga kini beberapa regalia yang masih ada dari sekitar 40-an regalia di antaranya Cigan, Keris Panjang, Sayap Sandaq, Tepak Sirih dan Ketor.

"Maka sangat pas jika Salim Segaf bisa berziarah ke makam Engkau Putri Raja Hamidah, yang memegang legitimasi bagi pemimpin-pemimpin," ungkap dia.

Raja Abdurrahman mengatakan salah satu regalia pernah dibawa oleh Belanda ke Singapura untuk melantik raja Singapura.

"Sejak itu tak pernah kembali ke sini dan sekarang ada di Museum Nasional di Jakarta," ucapnya.

Baca juga: Kemendikbud: Mata kuliah Pancasila dan Bahasa Indonesia tetap ada

Pewarta: Ogen
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021